MAU MEMILIH SAHABAT ATAU PACAR ?
Memilih sobat ataukah pacar?
Kalau dengan sobat mampu kumpul rame-rame, ngajak ngobrol bareng. Kalau dengan pacar biasanya hanya berdua, seringnya mojok, kesudahannya ikhtilath dan bermaksiat. Dosa deh …
Pacar kadang sok mengatur padahal belum sah jadi pasangan hidup
(suami istri). Kalau sobat begitu mampu menghargai. Kapan kita sibuk, ia mampu paham. Sedangkan pacar, setiap SMS, pesan, atau call mesti dijawab. Kalau gak, yah marah. Padahal belum jadi siapa-siapa.
Kalau sobat tuh ada kapan pun kita perlu. Gak ada juga namanya mantan sahabat, yang ada namanya mantan pacar.
Dengan pacar itu susah baikan jikalau ada masalah. Kalau dengan sahabat, possible sekali.
Pacar sukanya bikin galau. Sahabat lebih suka menghibur.
Sahabat lebih objektif daripada pacar. Karena umumnya dikala PDKT, yang pacaran cenderung tidak menyampaikan sisi buruknya kepada si dia. Sementara dikala bersama sahabat, cenderung lebih dapat menjadi diri sendiri. Sahabat cenderung lebih mampu mendapatkan apa adanya dibandingkan dengan pacar.
Bersahabat dengan sejenis, tidaklah berdosa. Namun pacaran menerjang dosa dan maksiat. Pacaran juga lebih riskan alasannya mampu menjerumuskan pada zina. Padahal dekat-dekat zina saja tak boleh. Coba renungkan ayat,
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا
“Dan janganlah kau mendekati zina; bahwasanya zina itu yaitu suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.”(QS. Al Isro’: 32).
Bersahabat alasannya Yang Mahakuasa akan meraih kelezatan iman, beda halnya berpacaran alasannya hawa nafsu. Sebagaimana disebutkan dalam hadits,
ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ الإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا ، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلَّهِ ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِى الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِى النَّارِ
“Tiga hal yang jikalau dimiliki seseorang, ia akan mencicipi kelezatan iman: (1) Yang Mahakuasa dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada selain keduanya, (2) ia mencintai seseorang alasannya Allah, (3) ia tidak suka kembali pada kekafiran sebagaimana ia benci jikalau dilemparkan dalam api neraka.” (HR. Bukhari no. 16 dan Muslim no. 43, dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu).
Sahabat akan selalu mengingatkan dengan nrimo jikalau sahabatnya keliru. Beda halnya dengan pacar alasannya yang diharap yaitu cintanya yang langgeng meski menerjang maksiat. Lihat dongeng bagaimana ketika Abu Bakr dan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam pengejaran orang-orang musyrik. Ketika itu Rasul mengatakan pada Abu Bakr dikala dalam goa,
لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا
“Janganlah duka alasannya Yang Mahakuasa bersama kita.” (QS. At Taubah: 40). Sahabat mampu menghibur lainnya dikala susah.
Dari sini sangat logis memilih sahabat. Kalau pacar mending setelah nikah saja, setelah sah, setelah tidak ada lagi dosa dikala berdua-duaan.
Semoga Yang Mahakuasa beri hidayah untuk memutuskan pacar dan memilih sahabat.
Catatan: Dalam Islam, sobat tentulah yang sejenis, bukan yang berlawanan jenis
Posting Komentar