Halloween Costume ideas 2015

Informasi Baru Islam.

Informasi baru islam masa kini.

Latest Post

Menutup Majelis dengan Surat Al Ashr


Dalilnya yaitu perbuatan para sahabat radhiyallahu ‘anhu.
Dari Abu Madinah Ad-Darimi, ia berkata,
كَانَ الرَّجُلانِ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا الْتَقَيَا لَمْ يَفْتَرِقَا حَتَّى يَقْرَأَ أَحَدُهُمَا عَلَى الآخَرِ : ” وَالْعَصْرِ إِنَّ الإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ ” ، ثُمَّ يُسَلِّمَ أَحَدُهُمَا عَلَى الآخَرِ
“Jika dua orang sobat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam itu bertemu, mereka tidaklah berpisah hingga salah satu di antara keduanya membaca ‘wal ‘ashr innal insana lafii khusr …’. Lalu salah satu dari keduanya mengucapkan salam untuk lainnya.” (HR. Abu Daud dalam Az-Zuhd, no. 417; Ath-Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Awsath, 5: 215; Al-Baihaqi dalam Syu’ab Al-Iman, 6: 501. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Lihat Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, no. 2648)
Ada dua faidah dari hadits ini kata Syaikh Al-Albani sebagaimana kita mengamalkan sunnah para salaf kita:

Pertama: Mengucapkan salam dikala berpisah.
Hal ini sesuai pula dengan hadits,
إِذَا انْتَهَى أَحَدُكُمْ إِلَى الْمَجْلِسِ فَلْيُسَلِّمْ فَإِذَا أَرَادَ أَنْ يَقُومَ فَلْيُسَلِّمْ فَلَيْسَتِ الأُولَى بِأَحَقَّ مِنَ الآخِرَةِ
“Apabila salah seorang di antara kalian masuk majlis, hendaklah ia mengucapkan salam.  Apabila ia keluar, hendaklah ia mengucap salam. Tidaklah yang pertama lebih pantas dari yang kedua.”” (HR. Abu Daud, no. 5208; Tirmidzi, no. 2706. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan)

Kedua: Para sahabat radhiyallahu ‘anhum sudah terbiasa merutinkan surat Al-‘Ashr (saat berpisah dari majelis). Seperti itu bukanlah bid’ah yang dibuat-buat. Amalan tersebut tentu ada petunjuk dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, entah sabda, praktik atau persetujuan dari beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah Ta’ala pun telah memuji para sahabat,
وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Tuhan ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Tuhan dan Tuhan menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka abadi di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.” (QS. At-Taubah: 100)
Ibnu Mas’ud dan Al-Hasan Al-Bashri pernah berkata,
مَنْ كَانَ مِنْكُمْ مُتَأَسِّيًا فَلْيَتَأَسَّ بِأَصْحَابِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَإِنَّهُمْ كَانُوْا أَبَرَّ هَذِهِ اْلأُمَّةِ قُلُوْبًا، وَأَعْمَقَهَا عِلْمًا، وَأَقَلَّهَا تَكَلُّفًا، وَأَقْوَمَهَا هَدْيًا، وَأَحْسَنَهَا حَالاً، قَوْمٌ اخْتَارَهُمُ اللهُ لِصُحْبَةِ نَبِيِّهِ وَلإِقَامَةِ دِيْنِهِ، فَاعْرِفُوْا لَهُمْ فَضْلَهُمْ وَاتَّبِعُوْهُمْ فِي آثَارِهِمْ، فَإِنَّهُمْ كَانُوْا عَلَى الْهُدَى الْمُسْتَقِيْمِ.
“Barangsiapa di antara kalian yang ingin meneladani, hendaklah meneladani para Shahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena sebenarnya mereka yaitu umat yang paling baik hatinya, paling dalam ilmunya, paling sedikit bebannya, dan paling lurus petunjuknya, serta paling baik keadaannya. Suatu kaum yang Tuhan telah memilih mereka untuk menemani Nabi-Nya, untuk menegakkan agama-Nya, maka kenalilah keutamaan mereka serta ikutilah atsar-atsarnya, alasannya yaitu mereka berada di jalan yang lurus.” (HR. Ibnu ‘Abdil Barr dalam Jami’ Bayan Al-‘Ilm, 2: 97) (Lihat Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, no. 2648, 6: 308-309)
Semoga Tuhan memberi taufik dan hidayah, serta diberi akomodasi terus berada dalam petunjuk ilmu.




Siapakah Dan Apakah Dajjal?
 Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallammemperingatkan ummatnya mengenai yang satu ini sebagai fitnah yang paling dahsyat sepanjang zaman. Tidak ada fitnah yang melebihi fitnah Dajjal. Bahkan mampu dikatakan bahwa segenap fitnah yang pernah ada di dunia terkait dan hadir dalam rangka mengkondisikan dunia menghadapi fitnah Dajjal.
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:”مَا أَهْبَطَ اللَّهُ إِلَى الأَرْضِ مُنْذُ خَلَقَ آدَمَ إِلَى أَنْ تَقُومَ السَّاعَةُ فِتْنَةً أَعْظَمَ مِنْ فِتْنَةِ الدَّجَّالِ
“Allah tidak menurunkan ke muka bumi -sejak penciptaan Adam as hingga hari Kiamat- fitnah yang lebih besar dari fitnah Dajjal.” (HR. Thabrani 1672)
Tidak ada fitnah yang melebihi fitnah Dajjal. Bahkan mampu dikatakan bahwa segenap fitnah yang pernah ada di dunia terkait dan hadir dalam rangka mengkondisikan dunia menghadapi fitnah Dajjal.
ذُكِرَ الدَّجَّالُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ لَأَنَا لَفِتْنَةُ بَعْضِكُمْ أَخْوَفُ عِنْدِي مِنْ فِتْنَةِ الدَّجَّالِ وَلَنْ يَنْجُوَ أَحَدٌ مِمَّا قَبْلَهَا إِلَّا نَجَا مِنْهَا وَمَا صُنِعَتْ فِتْنَةٌ مُنْذُ كَانَتْ الدُّنْيَا صَغِيرَةٌ وَلَا كَبِيرَةٌ إِلَّا لِفِتْنَةِ الدَّجَّالِ
Suatu ketika ihwal Dajjal disebutkan di hadapan Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam kemudian dia bersabda: ”Sungguh fitnah yang terjadi di antara kalian lebih saya takuti dari fitnah Dajjal, dan tiada seseorang yang dapat selamat dari rangkaian fitnah sebelum fitnah Dajjal melainkan akan selamat pula darinya (Dajjal), dan tiada fitnah yang dibuat semenjak adanya dunia ini –baik kecil ataupun besar- kecuali untuk fitnah Dajjal.” (HR. Ahmad 22215)
Menariknya lagi, Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam telah mengisyaratkan bahwa kemunculan Dajjal untuk menebar fitnah dan kekacauan justeru bakal terjadi ketika kebanyakan insan awam telah lalai dan tidak peduli akan Dajjal. Sedemikian rupa sehingga kalau ada yang membicarakan soal Dajjal, maka mereka cenderung mentertawakannya dan menganggapnya sekedar sebagai mitos atau legenda. Demikian pula halnya dengan orang-orang berakal ketika itu. Malah para penceramah, Ustadz, da’i dan Imam di mimbar-mimbar tidak memandang perlu untuk mengangkat tema ancaman fitnah Dajjal.
لَا يَخْرُجُ الدَّجَّالُ حَتَّى يَذْهَلَ النَّاسُ عَنْ ذِكْرِهِ وَحَتَّى تَتْرُكَ الْأَئِمَّةُ ذِكْرَهُ عَلَى الْمَنَابِرِ
“Dajjal tidak akan muncul sehingga sekalian insan telah lupa untuk mengingatnya dan sehingga para Imam tidak lagi menyebut-nyebutnya di atas mimbar-mimbar.” (HR. Ahmad 16073)
Siapakah bergotong-royong Dajjal? Dan apakah ia seorang insan anak keturunan Nabi Adam ‘alaihis-salam, ataukah ia termasuk makhluk kalangan jin atau raksasa atau apa?
Saudaraku, ada sebuah hadist yang panjang dimana di dalam hadits tersebut terungkaplah bahwa Dajjal merupakan seorang lelaki dari kalangan insan keturunan Nabi Adam ‘alaihis-salam. Namun ia merupakan makhluk yang diberikan Yang Mahakuasa keistimewaan tidak menyerupai kebanyakan insan pada umumnya. Dan di antara keistimewaan tersebut ialah bahwa ia telah hadir ke muka bumi kita ini semenjak zaman Nabi shollallahu ’alaih wa sallam dan para sahabat. Artinya, umur Dajjal hingga ketika ini telah mencapai belasan kala atau sekitar seribu empat ratusan tahun. Subhaanallah…
عَنْ فَاطِمَةَ بِنْتِ قَيْسٍأَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَخَّرَ الْعِشَاءَ الْآخِرَةَ ذَاتَ لَيْلَةٍ ثُمَّ خَرَجَ فَقَالَ نَّهُ حَبَسَنِي حَدِيثٌ كَانَ يُحَدِّثُنِيهِ تَمِيمٌ الدَّارِيُّ نْ رَجُلٍ كَانَ فِي جَزِيرَةٍ مِنْ جَزَائِرِ الْبَحْرِ فَإِذَا أَنَا بِامْرَأَةٍ تَجُرُّ شَعْرَهَا قَالَ مَا أَنْتِ الَتْ أَنَا الْجَسَّاسَةُ اذْهَبْ إِلَى ذَلِكَ الْقَصْرِ فَأَتَيْتُهُ إِذَا رَجُلٌ يَجُرُّ شَعْرَهُ مُسَلْسَلٌ فِي الْأَغْلَالِ نْزُو فِيمَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ فَقُلْتُ مَنْ أَنْتَ قَالَ أَنَا الدَّجَّالُ خَرَجَ نَبِيُّ الْأُمِّيِّينَ بَعْدُ قُلْتُ نَعَمْ قَالَ أَطَاعُوهُ أَمْ عَصَوْهُ قُلْتُ بَلْ أَطَاعُوهُ قَالَ ذَاكَ خَيْرٌ لَهُمْ
Fatimah binti Qais berkata, “Pada suatu malam pernah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengakhirkan shalat isya` yang akhir, lalu dia keluar dan bersabda: “Sesungguhnya yang menghalangiku (untuk segera keluar) ialah kisah yang diceritakan Tamim Ad Dari kepadaku dari seorang laki-laki yang berada di sebuah pulau dari gugusan pulau-pulau. Tamim berkata, “Saat itu tiba-tiba ada seorang wanita yang berambut panjang.” Tamim selanjutnya bertanya, “Siapa kamu?” Ia menjawab, “Aku ialah Jasasah. Pergilah kau ke istana itu.” Tamim berkata, “Aku pun mendatanginya, ternyata di sana ada seorang laki-laki berambut panjang yang terikat dengan sebuah rantai. Tingginya menjulang antara langit dan bumi. Aku lalu bertanya, “Siapa kamu?” Ia menjawab, “Aku ialah Dajjal. Apakah telah ada seorang Nabi buta karakter yang diutus?” Aku menjawab, “Ya.” Ia kembali bertanya, “Apakah orang-orang mentaatinya atau mengingkarinya?” Aku menjawab, “Orang-orang mentaatinya.” Ia berkata, “Itu yang lebih baik bagi mereka.” (HR. Abu Dawud 3767)

Tamim Ad Dari ialah nama seorang pelaut Kristen yang hidup di zaman Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Ia telah mengadakan suatu pelayaran dimana ia hingga ke sebuah pulau kecil dari gugusan pulau-pulau kecil. Lalu setelah ia turun di pulau itu ia berjumpa dengan Dajjal yang dalam keadaan terikat dirantai. Dan karena begitu ketemu, Dajjal pribadi menanyakan wacana Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, maka itulah sebabnya Tamim segera berangkat ke Madinah begitu meninggalkan pulau tadi. Dan setelah Nabi Muhammad mebenarkan soal fakta yang telah dilihat oleh Tamim, maka Tamim pribadi mengucapkan dua kalimat Syahadat alias masuk Islam.Alhamdulillah.
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ
“Ya Allah, saya berlindung kepada-Mu dari siksa jahannam dan siksa kubur, dan fitnah kehidupan dan kematian, serta keburukan fitnah Masihid Dajjal.” (HR. Muslim 924)


Sholat Menghapus Dosa Masa Lalu

. Rasulullah Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam menerima perintah sholat lima waktu dari Allah subhaanahu wa ta’aala dengan cara yang juga sangat istimewa. Allah ta’aalamemperjalankan hambaNya dalam suatu malam menempuh horizontal journey from earh to earth dari masjid Al-Haram di Makkah ke Masjid Al-Aqsho di Baitul Maqdis (Jerusalem). Selanjutnya Allah ta’aalaperjalankan hambaNya dalam suatu vertical journey from earth to the heavens in the sky dari Masjid Al-Aqsho di Baitul Maqdis bertemu eksklusif dengan Allah ta’aala di langit tertinggi. Lalu pada ketika beraudiensi eksklusif dengan Allah ’Azza wa Jalla itulah Nabi shollallahu ’alaih wa sallam menerima perintah menegakkan sholat lima waktu setiap hari.
Sholat merupakan bentuk formal dzikrullah atau mengingat Allah ta’aala. Bagi seorang muslim betapapun banyaknya lisannya berzikir dalam pengertian ber-wirid setiap harinya, namun bila ia tidak menegakkan sholat berarti ia meninggalkan secara sengaja kewajiban mengingat Allah ta’aala secara resmi sebagaimana diperintahkan Allah ta’aala dan sesuai rujukan Nabi shollallahu ’alaih wa sallam . Sholat yaitu bukti kepatuhan dan loyalitas hamba kepada Rabbnya. Sholat lima waktu merupakan indikator seorang hamba masih connect dengan Pencipta, Pemilik, Pemelihara alam semesta. Bila seorang insan tidak sholat lima waktu secara disiplin setiap hari berarti ia merupakan hamba yangdisconnected (terputus) dari rahmat Allah ta’aala. Itulah sebabnya di dalam Al-Qur’an dikatakan bahwa seseorang bakal celaka walaupun ia sholat. Sebab ia lalai menjalankan sholatnya sehingga tidak selalu disiplin lima waktu setiap harinya.
فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ
”Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya.” (QS Al-Maa’uun ayat 4-5)
Di antara alasan utama seorang muslim lalai menegakkan sholat lima waktu setiap hari -apalagi berjama’ah di masjid- yaitu karena dihinggapi penyakit malas beribadah. Padahal kemalasan beribadah -khususnya sholat lima waktu- eksklusif mengindikasikan kelemahan kesepakatan dan kepatuhan muslim kepada Allah ta’aala. Bahkan teman Abdullah Ibnu Mas’ud radhiyallahu ’anhu mengatakan bahwa di zaman para sahabat radhiyallahu ’anhum hidup bersama Nabi shollallahu ’alaih wa sallam jika ada muslm yang tidak sholat berjama’ah di masjid berarti ia diasumsikan sebagai seorang munafik yang sudah terang kemunafikannya.
Maka dalam rangka mengikis penyakit malas beribadah seorang Muslim perlu juga memahami apa manfaat sholat lima waktu setiap hari. Di antaranya ialah dihapuskannya dosa-dosa oleh Yang Mahakuasa ta’aala.Subhaanallah…! Bayangkan, setiap seorang muslim selesai mengerjakan sholat yang lima waktu berarti ia gres saja membersihkan dirinya dari tumpukan dosa yang sadar tidak sadar telah dikerjakannya antara sholat yang gres ia kerjakan dengan sholat terakhir yang ia ia kerjakan sebelumnya.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ وَالْجُمْعَةُ إِلَى الْجُمْعَةِ وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتَنَبَ الْكَبَائِرَ
Dari teman Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu bahwa sebetulnya Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: “Sholat lima waktu dan (sholat) Jum’at ke (sholat) Jum’at serta dari Ramadhan ke Ramadhan semua itu menjadi penghabus (dosanya) antara keduanya selama ia tidak terlibat dosa besar.” (HR Muslim 2/23)
Bila seorang muslim memahami dan meyakini kebenaran hadits di atas, niscaya ia tidak akan membiarkan satu kalipun sholat lima waktunya terlewatkan. Bahkan dalam hadits yang lain dikatakan bahwa bila seorang muslim khusyu dalam sholatnya, maka ia akan diampuni segenap dosanya di masa lalu. Subhaanallah…!

مَا مِنْ امْرِئٍ مُسْلِمٍ تَحْضُرُهُ صَلَاةٌ مَكْتُوبَةٌ فَيُحْسِنُ وُضُوءَهَا وَخُشُوعَهَا وَرُكُوعَهَا إِلَّا كَانَتْ كَفَّارَةً لِمَا قَبْلَهَا مِنْ الذُّنُوبِ مَا لَمْ يُؤْتِ كَبِيرَةً وَذَلِكَ الدَّهْرَ كُلَّهُ
“Tidak seorangpun yang bilamana tiba waktu sholat fardhu lalu ia membaguskan wudhunya, khusyu’nya, rukuknya, melainkan sholatnya menjadi penebus dosa-dosanya yang telah lampau, selagi ia tidak mengerjakan dosa yang besar. Dan yang demikian itu berlaku untuk seterusnya.” (HR Muslim 2/13)
Syaratnya asalkan ia tidak terlibat dalam dosa besar, maka dosa-dosa masa lalunya pasti bakal diampuni Yang Mahakuasa ta’aala. Adapun di antara dosa-dosa besar ialah sebagaimana disebutkan Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam, yakni:
ذَكَرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْكَبَائِرَ أَوْ سُئِلَ عَنْ الْكَبَائِرِ فَقَالَ الشِّرْكُ بِاللَّهِ وَقَتْلُ النَّفْسِ وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ وَقَالَ أَلَا أُنَبِّئُكُمْ بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ قَالَ قَوْلُ الزُّورِ أَوْ قَالَ شَهَادَةُ الزُّورِ
Ketika ditanya mengenai dosa-dosa besar Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: “Mempersekutukan Yang Mahakuasa ta’aala, membunuh jiwa serta durhaka kepada kedua orang-tua. Dan maukah kalian kuberitakan mengenai dosa besar yang paling besar? Yaitu kesaksian palsu.” (HR Muslim 1/243)
Untuk menghapus dosa-dosa besar tersebut tidak cukup dengan seseorang menegakkan sholat lima waktu. Ia harus menempuh prosedur taubatan nasuha yang khusus. Maka hindarilah sedapat mungkin terlibat dalam mengerjakan dosa-dosa besar. Dalam bahasa berbeda Nabi shollallahu ’alaih wa sallammengingatkan kita semoga menjauhi tujuh penyebab bencana, yaitu:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
اجْتَنِبُوا السَّبْعَ الْمُوبِقَاتِ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا هُنَّ قَالَ الشِّرْكُ بِاللَّهِ
وَالسِّحْرُ وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَأَكْلُ مَالِ الْيَتِيمِ
وَأَكْلُ الرِّبَا وَالتَّوَلِّي يَوْمَ الزَّحْفِ وَقَذْفُ الْمُحْصِنَاتِ الْغَافِلَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu bahwa sebetulnya Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: “Jauhilah tujuh penyebab bencana.” Para teman radhiyallahu ’anhum bertanya: “Apa itu ya Rasulullah?” Beliau bersabda: “Mempersekutukan Yang Mahakuasa ta’aala, sihir, membunuh jiwa yang Yang Mahakuasa ta’aala haramkan membunuhnya kecuali dengan alasan yang benar, memakan harta anak yatim, memakan riba, desersi dari medan jihad serta menuduh wanita mu’minah yang memelihara diri sebagai melaksanakan perbuatan keji.” (HR Muslim 1/244)

SABAR MENGHADAPI UJIAN HIDUP
Ketahuilah, Sesungguhnya ujian dan cobaan yang datang bertubi-tubi menerpa hidup insan merupakan satu ketentuan yang telah ditetapkan oleh Tuhan Azza wa Jalla. Tidak satu pun diantara kita yang bisa menghalau ketentuan tersebut.

Keimanan, keyakinan, tawakkal dan kesabaran yang kokoh amatlah sangat kita butuhkan dalam menghadapi angin puting-beliung cobaan yang menerpa. Sehingga tidak menimbulkan diri kita berburuk sangka kepada Tuhan SWT terhadap segala Ketentuan-Nya.
Oleh karena itu, dalam keadaan apapun, kita sebagai hamba yang beriman kepada Tuhan SWT harus senantiasa berbaik sangka kepada Allah. Dan haruslah diyakini bahwa tidaklah Tuhan menurunkan aneka macam bencana alam melainkan sebagai ujian atas keimanan yang kita miliki. Tuhan sebagaimana tertulisa dalam firman-Nya  :  “Apakah kalian menduga bahwa kalian akan masuk ke dalam surga, padahal belum datang kepada kalian (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kalian? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam goncangan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang bersamanya : Bilakah datang pinjaman Allah? Ingatlah tolong-menolong pinjaman Tuhan amatlah dekat.” (QS. Al Baqarah : 214)
Kesabaran merupakan perkara yang amat dicintai oleh Tuhan dan sangat diharapkan seorang muslim dalam menghadapi ujian atau cobaan yang dialaminya. Sebagaimana dalam firman-Nya :   “…Allah mencintai orang-orang yang sabar.” (QS. Al Imran : 146)
 Macam-Macam Kesabaran

Ibnul Qoyyim mengatakan dalam Madarijus Salikin : “Sabar yaitu menahan jiwa dari keluh kesah dan marah, menahan mulut dari mengeluh serta menahan anggota tubuh dari berbuat tasywisy (tidak lurus). Sabar ada tiga macam, yaitu tabah dalam berbuat ketaatan kepada Allah, tabah dari maksiat, dan tabah dari cobaan Allah.”
Tingkatan tabah :
1. Sabar dari meninggalkan kemaksiatan karena takut bahaya Allah, Kita harus selalu berada dalam keimanan dan meninggalkan perkara yang diharamkan. Yang lebih baik lagi adalah,  sabar dari meninggalkan kemaksiatan karena aib kepada Allah. Apabila kita bisa muraqabah (meyakini dan mencicipi Tuhan sedang melihat dan mengawasi kita)  maka sudah seharusnya kita aib melaksanakan maksiat, karena kita menyadari bahwa Tuhan SWT selalu melihat apa yang kita kerjakan. Sebagaimana tertulis dalam firman-Nya, di surah Al Hadid ayat 4 ” …….. Dan Dia bersama kau di mana saja kau berada. Dan Tuhan Maha Melihat apa yang kau kerjakan”
2. Tingkatan tabah yang kedua yaitu tabah dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah,  dengan terus-menerus melaksanakannya, memelihara keikhlasan dalam mengerjakannya dan memperbaikinya. Dalam menjalankan ketaatan, tujuannya hanya supaya amal ibadah  yang dilakukan diterima Allah, tujuannya semata-mata nrimo karena Tuhan SWT.
 Ada Beberapa Hal Yang Akan Menuntun Seorang Hamba Untuk Bisa Sabar Dalam Menghadapi Ujian Dan Cobaan, Sebagai Berikut :
1. Sebaiknya kita merenungkan dosa-dosa yang telah kita lakukan. Dan Tuhan menimpakan ujian atau musibah-musibah tersebut mungkin  disebabkan dosa-dosa kita . Sebagaimana firman Tuhan SWT :     “Dan apa saja bencana alam yang menimpa kau maka yaitu disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Tuhan memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (Asy Syuro : 30).
 Apabila seorang hamba menyadari bahwa musibah-musibah yang menimpa disebabkan oleh dosa-dosanya. Maka beliau akan segera bertaubat dan meminta ampun kepada Tuhan dari dosa-dosa yang telah dilakukannya
Dan Nabi Muhammad saw bersabda:  “Tak seorang muslim pun yang ditimpa  gangguan semisal bacokan duri atau yang lebih berat daripadanya, melainkan dengan ujian itu Tuhan menghapuskan perbuatan buruknya serta menggugurkan dosa-dosanya sebagaimana pohon kayu yang menggugurkan daun-daunnya.” (HR Bukhari dan Muslim). Makara ujian dan cobaan, bisa sebagai penggugur dosa-dosa kita dan juga untuk mengangkat kita ke derajat keimanan yang lebih tinggi.
2.. Kita harus menyakini dengan seyakin-yakinnya, bahwa Tuhan selalu ada bersama kita. Dan Tuhan telah memperlihatkan jaminan untuk kita dalam surah Al Baqarah ayat 286, bahwa ” Tuhan tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai kesanggupannya.     Dan Tuhan cinta dan ridha kepada orang yang sabar.  Sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya sbb:    dan sabarlah tolong-menolong Tuhan beserta orang-orang yang sabar. (QS Al Anfal : 46)   Dan Firman-Nya :     “…Dan Tuhan mencintai orang-orang yang sabar.” (QS.Al Imran : 146)
Bersabarlah maka kita akan melihat betapa dekatnya kelapangan
Barangsiapa yang muraqabah (merasa  diawasi) Tuhan dalam seluruh urusan, ia akan menjadi hamba Tuhan yang tabah dan berhasil melalui ujian apapun dalam hidupnya.  Kesabaran yang didapatkan ini, berdasarkan pada petunjuk Tuhan dalam Al Quran,  surah At Thur ayat 48  : Dan bersabarlah dalam menunggu ketetapan Tuhanmu, maka tolong-menolong kau berada dalam penglihatan Kami, dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dikala kau berdiri berdiri”    Dan ketahuilah, bahwa barangsiapa yang mengharapkan Allah, maka   Tuhan akan ada dimana beliau mengharap.
3. Kita harus mengetahui bahwa bila kita bersabar, maka akan mendatangkan ridha Allah, karena ridha Tuhan SWT, terdapat dalam kesabaran kita, terhadap segala ujian dan ketentuan takdir-Nya, yang kurang kita suka

 semoga kita dapat bersabar dalam segala cobaan dan ujian dari allah..amin


Memberikan THR natal kepada non muslim


Boleh-boleh saja menunjukkan sedekah dalam bentuk apapun kepada non-muslim selama mereka menampakkan perbuatan baik dan tidak memerangi umat Islam. Hal ini didukung oleh sejumlah nas Alquran. Di antaranya Yang Mahakuasa befirman:

لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُم مِّن دِيَارِكُمْ أَن تَبَرُّوهُمْ 
وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ 

Allah tidak melarang kau untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kau dari negerimu. Sesungguhnya Yang Mahakuasa menyukai orang-orang yang Berlaku adil. (QS al-Mumtahanah: 8)

Mereka menunjukkan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan (QS al-Insan: 8)
Menurut para ulama ayat di atas berlaku mutlak, di mana orang yang ditawan yakni para musuh yang berasal dari kalangan non-muslim yang tetap dalam agama mereka. Nabi saw. juga sering menunjukkan makanan kepada orang yahudi. Umar juga pernah memberi kepada peminta-minta yang beragama Yahudi. Serta aneka macam pola lainnya.
Namun, kalau bentuknya zakat para ulama sepakat bahwa ia tidak boleh diberikan kepada non-muslim.
Karena itu, Anda boleh menunjukkan hadiah kepada non-muslim sebagai bentuk sumbangan kepadanya. Hanya saja, sumbangan atau hadiah tersebut tidak boleh dikaitkan dengan hari raya mereka atau sebagai bentuk dukungan kepada hari raya mereka.
Syeikhul Islam Ibnu Taymiyyah dalam kitab Iqtidha ash-Shirath al-Mustaqim  Mukhalafatu Ash-habul Jahim berkata, "Menjual untuk mereka di hari raya mereka sesuatu yang membantu mereka dalam merayakannya, entah berupa makanan, pakaian, dan semacamnya atau memberikannya sebagai hadiah untuk mereka merupakan bentuk membantu perayaan hari raya mereka yang sifatnya terlarang. Hukumnya sama dengan larangan menjual anggur atau jus kepada orang yang akan menjadikannya sebagai minuman keras.
Oleh alasannya itu, hendaknya kalau Anda menunjukkan sedekah atau hadiah, tidak dikaitkan dengan perayaan hari rayanya


MENCINTAI YANG LIMA DAN MELUPAKAN YANG LIMA BAGIAN 1

pertama dan paling utama marilah kita panjatkan puji dan syukur kehadirat allah swt. yang telah menunjukkan kita kesempatan dan nikmat sehingga kita dapat melaksanakn perintanya dan menjhui larangnnya.

saudariku yang berbahagia.

diera globalisasi perdagangan dunia ketika ini, insan selalu di tuntut berkopetisi dalam menerima kekayaan bahan yang sebanyak-banyak demi mempertahankannhidupnya dan menerima kepuasan  hidup didunia. diantara mereka ada yang kebutuhan keluarganya.bagaimana cara mereka lakukan demi tercapainya keinginan dan cita-citanya. betapa banyak orang -orang yang bekerja siang dan malam dengan tidak mengenal waktu mengakhirkan sholat, bahkan melalaikan dan meninggalkannya. dan tidak sedikit orang yang telah menuai keberhasilan dan kesuksesan yang lupa dan enggan mengeluarkan zakat hartanya.
sungguhnsangat ironis sekali keadaan umat islamsekarang ini yang demikian buruknya.pasalnya, aneka macam kaum muslimin sekarang ini yang tertutup hatinya dan menjual keimanan  dan ketaqwaannya, demi sesuatu yang tidak bernilai dihadapan allah swt. menyerupai halnya, para pemimpin sekarang ini yang menyelewengkan jabatannya dengan mengeruk harta benda  yang bukan haknya, demi anak istrinya. begitu juga para wanita yang rela mempertontonkn aurat mereka dan karir mereka dan ketenaran. dan juga sangant aneka macam orang-orang yang melaksanakan praktik manupulasi demi jabatan dan martabatnya dihadapan manusai. dan itu semua sudah menjadi " kecendrungan yang mengasikkan " bagi manusia, allah swt berfirman dalam al-quran :

artinya:
insan dihiasi dengan kecintaan kepada ap-apa yang diingini yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banayk. ( QS. Ali imran: 14 )




BERIKUT KISAHNYA...
Selain dikenal sebagai ulama sufi, Imam Junaid Al Baghdadi termasuk orang pertama yang menyusun dan membahas ihwal ilmu tasawuf dengan ijtihadnya. Banyak kitab-kitab yang pertanda ihwal ilmu tasawuf berdasarkan kepada ijtihad Imam Junaid Al-Baghdadi.

Pada mulanya Imam Junaid merupakan spesialis perniagaan yang sukses. Ia memiliki sebuah gedung perniagaan di kota Bgahdad yang ramai pelanggannya. Sebagi seorang guru sufi, ia tidak disibukkan dengan mengurus perniagaan itu, menyerupai peniaga lain yang yang kaya raya di Baghdad.

Ia lebih mengutamakan menghabiskan waktunya untuk mengisi pengajian bagi para muridnya. Setiap malam Imam Junaid berada di masjid besar Baghdad untuk memberikan tausiyah. Penduduk Baghdad banyak yang berdatangan ke masjid untuk mendengar tausiyahnya sehingga masjid penuh sesak.

RIDHA KEPADA ALLAH SWT.
Imam Junaid hidup dalam keadaan zuhud. Ia ridha dan bersyukur kepada Yang Mahakuasa SWT dengan segala nikmat yang dikaruniakan kepadanya. Termasuk kala ia menerima cobaan berupa kebutaan di kedua matanya.

Pada suatu hari Imam Junaid Al-Bgahdadi mengalami sakit pada kedua matanya. Setelah sekian lama mencoba pengobatan, bertemulah ia pada seorang tabib yang beragama Nasrani.
"Sakit mata ini mampu sembuh, asal tidak hingga terkena air, jadi jangan dulu membasuh matamu dengan air," pesan tabib itu.

Mendapat penjelasan itu, Imam Junaid mengambil kesimpulan bahwa sang tabib tengah berupaya mencegahnya untuk beribadah kepada Yang Mahakuasa SWT.
"Jika mataku tak terkena air, maka bagaimana saya mampu berwudhu untuk menghadap Rabb-ku," katanya dalam hati.

Akhirnya, Imam Junaid pulang ke rumah, dan beliau eksklusif menuju daerah air dan berwudhu dengan sempurna. Kemudian ia menjalankan shalat sunnah dua rakaat lalu membaringkan tubuhnya di daerah tidur untu beristirahat.


SEMBUH DARI BUTA.
Subhanallah...ketika terbangun, matanya telah sembuh menyerupai sedia kala. Saat itu juga ada bunyi yang membisikkan kepada Imam Junaid.
"Imam Junaid sembuh alasannya ialah memilih ridha Yang Mahakuasa dibandingkan dengan matanya sendiri,"ujar bunyi gaib itu.

Keesokan harinya, tabib Nasrani mendengar kabar kesembuhan kebutaan mata Imam Junaid. Dia pun menanyakan kepada Imam Junaid perihal kesembuhannya. Akan tetapi sang tabib terkejut setengah mati, karena obat sakit mata Imam Junaid bukannya menghindari air menyerupai yang beliau sarankan, tapi justru berwudhu yang artinya membasuh wajah beserta mata dengan air.

Karena takjub dengan hal itu, sang tabib pun menyatakan keimanannya, berpindah dari agama Kristen ke agama Islam.
"Penyakit ini dari Allah, bukan dari makhluk, maka obatnya pun dari-Nya," kata Imam Junaid kepada tabib Kristen itu.
 subhanallah ...




MKRdezign

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget