Halloween Costume ideas 2015

Informasi baru islam masa kini.

Juni 2015

Menutup Majelis dengan Surat Al Ashr


Dalilnya yaitu perbuatan para sahabat radhiyallahu ‘anhu.
Dari Abu Madinah Ad-Darimi, ia berkata,
كَانَ الرَّجُلانِ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا الْتَقَيَا لَمْ يَفْتَرِقَا حَتَّى يَقْرَأَ أَحَدُهُمَا عَلَى الآخَرِ : ” وَالْعَصْرِ إِنَّ الإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ ” ، ثُمَّ يُسَلِّمَ أَحَدُهُمَا عَلَى الآخَرِ
“Jika dua orang sobat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam itu bertemu, mereka tidaklah berpisah hingga salah satu di antara keduanya membaca ‘wal ‘ashr innal insana lafii khusr …’. Lalu salah satu dari keduanya mengucapkan salam untuk lainnya.” (HR. Abu Daud dalam Az-Zuhd, no. 417; Ath-Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Awsath, 5: 215; Al-Baihaqi dalam Syu’ab Al-Iman, 6: 501. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Lihat Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, no. 2648)
Ada dua faidah dari hadits ini kata Syaikh Al-Albani sebagaimana kita mengamalkan sunnah para salaf kita:

Pertama: Mengucapkan salam dikala berpisah.
Hal ini sesuai pula dengan hadits,
إِذَا انْتَهَى أَحَدُكُمْ إِلَى الْمَجْلِسِ فَلْيُسَلِّمْ فَإِذَا أَرَادَ أَنْ يَقُومَ فَلْيُسَلِّمْ فَلَيْسَتِ الأُولَى بِأَحَقَّ مِنَ الآخِرَةِ
“Apabila salah seorang di antara kalian masuk majlis, hendaklah ia mengucapkan salam.  Apabila ia keluar, hendaklah ia mengucap salam. Tidaklah yang pertama lebih pantas dari yang kedua.”” (HR. Abu Daud, no. 5208; Tirmidzi, no. 2706. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan)

Kedua: Para sahabat radhiyallahu ‘anhum sudah terbiasa merutinkan surat Al-‘Ashr (saat berpisah dari majelis). Seperti itu bukanlah bid’ah yang dibuat-buat. Amalan tersebut tentu ada petunjuk dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, entah sabda, praktik atau persetujuan dari beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah Ta’ala pun telah memuji para sahabat,
وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Tuhan ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Tuhan dan Tuhan menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka abadi di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.” (QS. At-Taubah: 100)
Ibnu Mas’ud dan Al-Hasan Al-Bashri pernah berkata,
مَنْ كَانَ مِنْكُمْ مُتَأَسِّيًا فَلْيَتَأَسَّ بِأَصْحَابِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَإِنَّهُمْ كَانُوْا أَبَرَّ هَذِهِ اْلأُمَّةِ قُلُوْبًا، وَأَعْمَقَهَا عِلْمًا، وَأَقَلَّهَا تَكَلُّفًا، وَأَقْوَمَهَا هَدْيًا، وَأَحْسَنَهَا حَالاً، قَوْمٌ اخْتَارَهُمُ اللهُ لِصُحْبَةِ نَبِيِّهِ وَلإِقَامَةِ دِيْنِهِ، فَاعْرِفُوْا لَهُمْ فَضْلَهُمْ وَاتَّبِعُوْهُمْ فِي آثَارِهِمْ، فَإِنَّهُمْ كَانُوْا عَلَى الْهُدَى الْمُسْتَقِيْمِ.
“Barangsiapa di antara kalian yang ingin meneladani, hendaklah meneladani para Shahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena sebenarnya mereka yaitu umat yang paling baik hatinya, paling dalam ilmunya, paling sedikit bebannya, dan paling lurus petunjuknya, serta paling baik keadaannya. Suatu kaum yang Tuhan telah memilih mereka untuk menemani Nabi-Nya, untuk menegakkan agama-Nya, maka kenalilah keutamaan mereka serta ikutilah atsar-atsarnya, alasannya yaitu mereka berada di jalan yang lurus.” (HR. Ibnu ‘Abdil Barr dalam Jami’ Bayan Al-‘Ilm, 2: 97) (Lihat Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, no. 2648, 6: 308-309)
Semoga Tuhan memberi taufik dan hidayah, serta diberi akomodasi terus berada dalam petunjuk ilmu.




Siapakah Dan Apakah Dajjal?
 Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallammemperingatkan ummatnya mengenai yang satu ini sebagai fitnah yang paling dahsyat sepanjang zaman. Tidak ada fitnah yang melebihi fitnah Dajjal. Bahkan mampu dikatakan bahwa segenap fitnah yang pernah ada di dunia terkait dan hadir dalam rangka mengkondisikan dunia menghadapi fitnah Dajjal.
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:”مَا أَهْبَطَ اللَّهُ إِلَى الأَرْضِ مُنْذُ خَلَقَ آدَمَ إِلَى أَنْ تَقُومَ السَّاعَةُ فِتْنَةً أَعْظَمَ مِنْ فِتْنَةِ الدَّجَّالِ
“Allah tidak menurunkan ke muka bumi -sejak penciptaan Adam as hingga hari Kiamat- fitnah yang lebih besar dari fitnah Dajjal.” (HR. Thabrani 1672)
Tidak ada fitnah yang melebihi fitnah Dajjal. Bahkan mampu dikatakan bahwa segenap fitnah yang pernah ada di dunia terkait dan hadir dalam rangka mengkondisikan dunia menghadapi fitnah Dajjal.
ذُكِرَ الدَّجَّالُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ لَأَنَا لَفِتْنَةُ بَعْضِكُمْ أَخْوَفُ عِنْدِي مِنْ فِتْنَةِ الدَّجَّالِ وَلَنْ يَنْجُوَ أَحَدٌ مِمَّا قَبْلَهَا إِلَّا نَجَا مِنْهَا وَمَا صُنِعَتْ فِتْنَةٌ مُنْذُ كَانَتْ الدُّنْيَا صَغِيرَةٌ وَلَا كَبِيرَةٌ إِلَّا لِفِتْنَةِ الدَّجَّالِ
Suatu ketika ihwal Dajjal disebutkan di hadapan Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam kemudian dia bersabda: ”Sungguh fitnah yang terjadi di antara kalian lebih saya takuti dari fitnah Dajjal, dan tiada seseorang yang dapat selamat dari rangkaian fitnah sebelum fitnah Dajjal melainkan akan selamat pula darinya (Dajjal), dan tiada fitnah yang dibuat semenjak adanya dunia ini –baik kecil ataupun besar- kecuali untuk fitnah Dajjal.” (HR. Ahmad 22215)
Menariknya lagi, Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam telah mengisyaratkan bahwa kemunculan Dajjal untuk menebar fitnah dan kekacauan justeru bakal terjadi ketika kebanyakan insan awam telah lalai dan tidak peduli akan Dajjal. Sedemikian rupa sehingga kalau ada yang membicarakan soal Dajjal, maka mereka cenderung mentertawakannya dan menganggapnya sekedar sebagai mitos atau legenda. Demikian pula halnya dengan orang-orang berakal ketika itu. Malah para penceramah, Ustadz, da’i dan Imam di mimbar-mimbar tidak memandang perlu untuk mengangkat tema ancaman fitnah Dajjal.
لَا يَخْرُجُ الدَّجَّالُ حَتَّى يَذْهَلَ النَّاسُ عَنْ ذِكْرِهِ وَحَتَّى تَتْرُكَ الْأَئِمَّةُ ذِكْرَهُ عَلَى الْمَنَابِرِ
“Dajjal tidak akan muncul sehingga sekalian insan telah lupa untuk mengingatnya dan sehingga para Imam tidak lagi menyebut-nyebutnya di atas mimbar-mimbar.” (HR. Ahmad 16073)
Siapakah bergotong-royong Dajjal? Dan apakah ia seorang insan anak keturunan Nabi Adam ‘alaihis-salam, ataukah ia termasuk makhluk kalangan jin atau raksasa atau apa?
Saudaraku, ada sebuah hadist yang panjang dimana di dalam hadits tersebut terungkaplah bahwa Dajjal merupakan seorang lelaki dari kalangan insan keturunan Nabi Adam ‘alaihis-salam. Namun ia merupakan makhluk yang diberikan Yang Mahakuasa keistimewaan tidak menyerupai kebanyakan insan pada umumnya. Dan di antara keistimewaan tersebut ialah bahwa ia telah hadir ke muka bumi kita ini semenjak zaman Nabi shollallahu ’alaih wa sallam dan para sahabat. Artinya, umur Dajjal hingga ketika ini telah mencapai belasan kala atau sekitar seribu empat ratusan tahun. Subhaanallah…
عَنْ فَاطِمَةَ بِنْتِ قَيْسٍأَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَخَّرَ الْعِشَاءَ الْآخِرَةَ ذَاتَ لَيْلَةٍ ثُمَّ خَرَجَ فَقَالَ نَّهُ حَبَسَنِي حَدِيثٌ كَانَ يُحَدِّثُنِيهِ تَمِيمٌ الدَّارِيُّ نْ رَجُلٍ كَانَ فِي جَزِيرَةٍ مِنْ جَزَائِرِ الْبَحْرِ فَإِذَا أَنَا بِامْرَأَةٍ تَجُرُّ شَعْرَهَا قَالَ مَا أَنْتِ الَتْ أَنَا الْجَسَّاسَةُ اذْهَبْ إِلَى ذَلِكَ الْقَصْرِ فَأَتَيْتُهُ إِذَا رَجُلٌ يَجُرُّ شَعْرَهُ مُسَلْسَلٌ فِي الْأَغْلَالِ نْزُو فِيمَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ فَقُلْتُ مَنْ أَنْتَ قَالَ أَنَا الدَّجَّالُ خَرَجَ نَبِيُّ الْأُمِّيِّينَ بَعْدُ قُلْتُ نَعَمْ قَالَ أَطَاعُوهُ أَمْ عَصَوْهُ قُلْتُ بَلْ أَطَاعُوهُ قَالَ ذَاكَ خَيْرٌ لَهُمْ
Fatimah binti Qais berkata, “Pada suatu malam pernah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengakhirkan shalat isya` yang akhir, lalu dia keluar dan bersabda: “Sesungguhnya yang menghalangiku (untuk segera keluar) ialah kisah yang diceritakan Tamim Ad Dari kepadaku dari seorang laki-laki yang berada di sebuah pulau dari gugusan pulau-pulau. Tamim berkata, “Saat itu tiba-tiba ada seorang wanita yang berambut panjang.” Tamim selanjutnya bertanya, “Siapa kamu?” Ia menjawab, “Aku ialah Jasasah. Pergilah kau ke istana itu.” Tamim berkata, “Aku pun mendatanginya, ternyata di sana ada seorang laki-laki berambut panjang yang terikat dengan sebuah rantai. Tingginya menjulang antara langit dan bumi. Aku lalu bertanya, “Siapa kamu?” Ia menjawab, “Aku ialah Dajjal. Apakah telah ada seorang Nabi buta karakter yang diutus?” Aku menjawab, “Ya.” Ia kembali bertanya, “Apakah orang-orang mentaatinya atau mengingkarinya?” Aku menjawab, “Orang-orang mentaatinya.” Ia berkata, “Itu yang lebih baik bagi mereka.” (HR. Abu Dawud 3767)

Tamim Ad Dari ialah nama seorang pelaut Kristen yang hidup di zaman Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Ia telah mengadakan suatu pelayaran dimana ia hingga ke sebuah pulau kecil dari gugusan pulau-pulau kecil. Lalu setelah ia turun di pulau itu ia berjumpa dengan Dajjal yang dalam keadaan terikat dirantai. Dan karena begitu ketemu, Dajjal pribadi menanyakan wacana Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, maka itulah sebabnya Tamim segera berangkat ke Madinah begitu meninggalkan pulau tadi. Dan setelah Nabi Muhammad mebenarkan soal fakta yang telah dilihat oleh Tamim, maka Tamim pribadi mengucapkan dua kalimat Syahadat alias masuk Islam.Alhamdulillah.
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ
“Ya Allah, saya berlindung kepada-Mu dari siksa jahannam dan siksa kubur, dan fitnah kehidupan dan kematian, serta keburukan fitnah Masihid Dajjal.” (HR. Muslim 924)


Sholat Menghapus Dosa Masa Lalu

. Rasulullah Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam menerima perintah sholat lima waktu dari Allah subhaanahu wa ta’aala dengan cara yang juga sangat istimewa. Allah ta’aalamemperjalankan hambaNya dalam suatu malam menempuh horizontal journey from earh to earth dari masjid Al-Haram di Makkah ke Masjid Al-Aqsho di Baitul Maqdis (Jerusalem). Selanjutnya Allah ta’aalaperjalankan hambaNya dalam suatu vertical journey from earth to the heavens in the sky dari Masjid Al-Aqsho di Baitul Maqdis bertemu eksklusif dengan Allah ta’aala di langit tertinggi. Lalu pada ketika beraudiensi eksklusif dengan Allah ’Azza wa Jalla itulah Nabi shollallahu ’alaih wa sallam menerima perintah menegakkan sholat lima waktu setiap hari.
Sholat merupakan bentuk formal dzikrullah atau mengingat Allah ta’aala. Bagi seorang muslim betapapun banyaknya lisannya berzikir dalam pengertian ber-wirid setiap harinya, namun bila ia tidak menegakkan sholat berarti ia meninggalkan secara sengaja kewajiban mengingat Allah ta’aala secara resmi sebagaimana diperintahkan Allah ta’aala dan sesuai rujukan Nabi shollallahu ’alaih wa sallam . Sholat yaitu bukti kepatuhan dan loyalitas hamba kepada Rabbnya. Sholat lima waktu merupakan indikator seorang hamba masih connect dengan Pencipta, Pemilik, Pemelihara alam semesta. Bila seorang insan tidak sholat lima waktu secara disiplin setiap hari berarti ia merupakan hamba yangdisconnected (terputus) dari rahmat Allah ta’aala. Itulah sebabnya di dalam Al-Qur’an dikatakan bahwa seseorang bakal celaka walaupun ia sholat. Sebab ia lalai menjalankan sholatnya sehingga tidak selalu disiplin lima waktu setiap harinya.
فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ
”Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya.” (QS Al-Maa’uun ayat 4-5)
Di antara alasan utama seorang muslim lalai menegakkan sholat lima waktu setiap hari -apalagi berjama’ah di masjid- yaitu karena dihinggapi penyakit malas beribadah. Padahal kemalasan beribadah -khususnya sholat lima waktu- eksklusif mengindikasikan kelemahan kesepakatan dan kepatuhan muslim kepada Allah ta’aala. Bahkan teman Abdullah Ibnu Mas’ud radhiyallahu ’anhu mengatakan bahwa di zaman para sahabat radhiyallahu ’anhum hidup bersama Nabi shollallahu ’alaih wa sallam jika ada muslm yang tidak sholat berjama’ah di masjid berarti ia diasumsikan sebagai seorang munafik yang sudah terang kemunafikannya.
Maka dalam rangka mengikis penyakit malas beribadah seorang Muslim perlu juga memahami apa manfaat sholat lima waktu setiap hari. Di antaranya ialah dihapuskannya dosa-dosa oleh Yang Mahakuasa ta’aala.Subhaanallah…! Bayangkan, setiap seorang muslim selesai mengerjakan sholat yang lima waktu berarti ia gres saja membersihkan dirinya dari tumpukan dosa yang sadar tidak sadar telah dikerjakannya antara sholat yang gres ia kerjakan dengan sholat terakhir yang ia ia kerjakan sebelumnya.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ وَالْجُمْعَةُ إِلَى الْجُمْعَةِ وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتَنَبَ الْكَبَائِرَ
Dari teman Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu bahwa sebetulnya Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: “Sholat lima waktu dan (sholat) Jum’at ke (sholat) Jum’at serta dari Ramadhan ke Ramadhan semua itu menjadi penghabus (dosanya) antara keduanya selama ia tidak terlibat dosa besar.” (HR Muslim 2/23)
Bila seorang muslim memahami dan meyakini kebenaran hadits di atas, niscaya ia tidak akan membiarkan satu kalipun sholat lima waktunya terlewatkan. Bahkan dalam hadits yang lain dikatakan bahwa bila seorang muslim khusyu dalam sholatnya, maka ia akan diampuni segenap dosanya di masa lalu. Subhaanallah…!

مَا مِنْ امْرِئٍ مُسْلِمٍ تَحْضُرُهُ صَلَاةٌ مَكْتُوبَةٌ فَيُحْسِنُ وُضُوءَهَا وَخُشُوعَهَا وَرُكُوعَهَا إِلَّا كَانَتْ كَفَّارَةً لِمَا قَبْلَهَا مِنْ الذُّنُوبِ مَا لَمْ يُؤْتِ كَبِيرَةً وَذَلِكَ الدَّهْرَ كُلَّهُ
“Tidak seorangpun yang bilamana tiba waktu sholat fardhu lalu ia membaguskan wudhunya, khusyu’nya, rukuknya, melainkan sholatnya menjadi penebus dosa-dosanya yang telah lampau, selagi ia tidak mengerjakan dosa yang besar. Dan yang demikian itu berlaku untuk seterusnya.” (HR Muslim 2/13)
Syaratnya asalkan ia tidak terlibat dalam dosa besar, maka dosa-dosa masa lalunya pasti bakal diampuni Yang Mahakuasa ta’aala. Adapun di antara dosa-dosa besar ialah sebagaimana disebutkan Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam, yakni:
ذَكَرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْكَبَائِرَ أَوْ سُئِلَ عَنْ الْكَبَائِرِ فَقَالَ الشِّرْكُ بِاللَّهِ وَقَتْلُ النَّفْسِ وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ وَقَالَ أَلَا أُنَبِّئُكُمْ بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ قَالَ قَوْلُ الزُّورِ أَوْ قَالَ شَهَادَةُ الزُّورِ
Ketika ditanya mengenai dosa-dosa besar Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: “Mempersekutukan Yang Mahakuasa ta’aala, membunuh jiwa serta durhaka kepada kedua orang-tua. Dan maukah kalian kuberitakan mengenai dosa besar yang paling besar? Yaitu kesaksian palsu.” (HR Muslim 1/243)
Untuk menghapus dosa-dosa besar tersebut tidak cukup dengan seseorang menegakkan sholat lima waktu. Ia harus menempuh prosedur taubatan nasuha yang khusus. Maka hindarilah sedapat mungkin terlibat dalam mengerjakan dosa-dosa besar. Dalam bahasa berbeda Nabi shollallahu ’alaih wa sallammengingatkan kita semoga menjauhi tujuh penyebab bencana, yaitu:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
اجْتَنِبُوا السَّبْعَ الْمُوبِقَاتِ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا هُنَّ قَالَ الشِّرْكُ بِاللَّهِ
وَالسِّحْرُ وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَأَكْلُ مَالِ الْيَتِيمِ
وَأَكْلُ الرِّبَا وَالتَّوَلِّي يَوْمَ الزَّحْفِ وَقَذْفُ الْمُحْصِنَاتِ الْغَافِلَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu bahwa sebetulnya Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: “Jauhilah tujuh penyebab bencana.” Para teman radhiyallahu ’anhum bertanya: “Apa itu ya Rasulullah?” Beliau bersabda: “Mempersekutukan Yang Mahakuasa ta’aala, sihir, membunuh jiwa yang Yang Mahakuasa ta’aala haramkan membunuhnya kecuali dengan alasan yang benar, memakan harta anak yatim, memakan riba, desersi dari medan jihad serta menuduh wanita mu’minah yang memelihara diri sebagai melaksanakan perbuatan keji.” (HR Muslim 1/244)

SABAR MENGHADAPI UJIAN HIDUP
Ketahuilah, Sesungguhnya ujian dan cobaan yang datang bertubi-tubi menerpa hidup insan merupakan satu ketentuan yang telah ditetapkan oleh Tuhan Azza wa Jalla. Tidak satu pun diantara kita yang bisa menghalau ketentuan tersebut.

Keimanan, keyakinan, tawakkal dan kesabaran yang kokoh amatlah sangat kita butuhkan dalam menghadapi angin puting-beliung cobaan yang menerpa. Sehingga tidak menimbulkan diri kita berburuk sangka kepada Tuhan SWT terhadap segala Ketentuan-Nya.
Oleh karena itu, dalam keadaan apapun, kita sebagai hamba yang beriman kepada Tuhan SWT harus senantiasa berbaik sangka kepada Allah. Dan haruslah diyakini bahwa tidaklah Tuhan menurunkan aneka macam bencana alam melainkan sebagai ujian atas keimanan yang kita miliki. Tuhan sebagaimana tertulisa dalam firman-Nya  :  “Apakah kalian menduga bahwa kalian akan masuk ke dalam surga, padahal belum datang kepada kalian (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kalian? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam goncangan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang bersamanya : Bilakah datang pinjaman Allah? Ingatlah tolong-menolong pinjaman Tuhan amatlah dekat.” (QS. Al Baqarah : 214)
Kesabaran merupakan perkara yang amat dicintai oleh Tuhan dan sangat diharapkan seorang muslim dalam menghadapi ujian atau cobaan yang dialaminya. Sebagaimana dalam firman-Nya :   “…Allah mencintai orang-orang yang sabar.” (QS. Al Imran : 146)
 Macam-Macam Kesabaran

Ibnul Qoyyim mengatakan dalam Madarijus Salikin : “Sabar yaitu menahan jiwa dari keluh kesah dan marah, menahan mulut dari mengeluh serta menahan anggota tubuh dari berbuat tasywisy (tidak lurus). Sabar ada tiga macam, yaitu tabah dalam berbuat ketaatan kepada Allah, tabah dari maksiat, dan tabah dari cobaan Allah.”
Tingkatan tabah :
1. Sabar dari meninggalkan kemaksiatan karena takut bahaya Allah, Kita harus selalu berada dalam keimanan dan meninggalkan perkara yang diharamkan. Yang lebih baik lagi adalah,  sabar dari meninggalkan kemaksiatan karena aib kepada Allah. Apabila kita bisa muraqabah (meyakini dan mencicipi Tuhan sedang melihat dan mengawasi kita)  maka sudah seharusnya kita aib melaksanakan maksiat, karena kita menyadari bahwa Tuhan SWT selalu melihat apa yang kita kerjakan. Sebagaimana tertulis dalam firman-Nya, di surah Al Hadid ayat 4 ” …….. Dan Dia bersama kau di mana saja kau berada. Dan Tuhan Maha Melihat apa yang kau kerjakan”
2. Tingkatan tabah yang kedua yaitu tabah dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah,  dengan terus-menerus melaksanakannya, memelihara keikhlasan dalam mengerjakannya dan memperbaikinya. Dalam menjalankan ketaatan, tujuannya hanya supaya amal ibadah  yang dilakukan diterima Allah, tujuannya semata-mata nrimo karena Tuhan SWT.
 Ada Beberapa Hal Yang Akan Menuntun Seorang Hamba Untuk Bisa Sabar Dalam Menghadapi Ujian Dan Cobaan, Sebagai Berikut :
1. Sebaiknya kita merenungkan dosa-dosa yang telah kita lakukan. Dan Tuhan menimpakan ujian atau musibah-musibah tersebut mungkin  disebabkan dosa-dosa kita . Sebagaimana firman Tuhan SWT :     “Dan apa saja bencana alam yang menimpa kau maka yaitu disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Tuhan memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (Asy Syuro : 30).
 Apabila seorang hamba menyadari bahwa musibah-musibah yang menimpa disebabkan oleh dosa-dosanya. Maka beliau akan segera bertaubat dan meminta ampun kepada Tuhan dari dosa-dosa yang telah dilakukannya
Dan Nabi Muhammad saw bersabda:  “Tak seorang muslim pun yang ditimpa  gangguan semisal bacokan duri atau yang lebih berat daripadanya, melainkan dengan ujian itu Tuhan menghapuskan perbuatan buruknya serta menggugurkan dosa-dosanya sebagaimana pohon kayu yang menggugurkan daun-daunnya.” (HR Bukhari dan Muslim). Makara ujian dan cobaan, bisa sebagai penggugur dosa-dosa kita dan juga untuk mengangkat kita ke derajat keimanan yang lebih tinggi.
2.. Kita harus menyakini dengan seyakin-yakinnya, bahwa Tuhan selalu ada bersama kita. Dan Tuhan telah memperlihatkan jaminan untuk kita dalam surah Al Baqarah ayat 286, bahwa ” Tuhan tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai kesanggupannya.     Dan Tuhan cinta dan ridha kepada orang yang sabar.  Sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya sbb:    dan sabarlah tolong-menolong Tuhan beserta orang-orang yang sabar. (QS Al Anfal : 46)   Dan Firman-Nya :     “…Dan Tuhan mencintai orang-orang yang sabar.” (QS.Al Imran : 146)
Bersabarlah maka kita akan melihat betapa dekatnya kelapangan
Barangsiapa yang muraqabah (merasa  diawasi) Tuhan dalam seluruh urusan, ia akan menjadi hamba Tuhan yang tabah dan berhasil melalui ujian apapun dalam hidupnya.  Kesabaran yang didapatkan ini, berdasarkan pada petunjuk Tuhan dalam Al Quran,  surah At Thur ayat 48  : Dan bersabarlah dalam menunggu ketetapan Tuhanmu, maka tolong-menolong kau berada dalam penglihatan Kami, dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dikala kau berdiri berdiri”    Dan ketahuilah, bahwa barangsiapa yang mengharapkan Allah, maka   Tuhan akan ada dimana beliau mengharap.
3. Kita harus mengetahui bahwa bila kita bersabar, maka akan mendatangkan ridha Allah, karena ridha Tuhan SWT, terdapat dalam kesabaran kita, terhadap segala ujian dan ketentuan takdir-Nya, yang kurang kita suka

 semoga kita dapat bersabar dalam segala cobaan dan ujian dari allah..amin


Memberikan THR natal kepada non muslim


Boleh-boleh saja menunjukkan sedekah dalam bentuk apapun kepada non-muslim selama mereka menampakkan perbuatan baik dan tidak memerangi umat Islam. Hal ini didukung oleh sejumlah nas Alquran. Di antaranya Yang Mahakuasa befirman:

لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُم مِّن دِيَارِكُمْ أَن تَبَرُّوهُمْ 
وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ 

Allah tidak melarang kau untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kau dari negerimu. Sesungguhnya Yang Mahakuasa menyukai orang-orang yang Berlaku adil. (QS al-Mumtahanah: 8)

Mereka menunjukkan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan (QS al-Insan: 8)
Menurut para ulama ayat di atas berlaku mutlak, di mana orang yang ditawan yakni para musuh yang berasal dari kalangan non-muslim yang tetap dalam agama mereka. Nabi saw. juga sering menunjukkan makanan kepada orang yahudi. Umar juga pernah memberi kepada peminta-minta yang beragama Yahudi. Serta aneka macam pola lainnya.
Namun, kalau bentuknya zakat para ulama sepakat bahwa ia tidak boleh diberikan kepada non-muslim.
Karena itu, Anda boleh menunjukkan hadiah kepada non-muslim sebagai bentuk sumbangan kepadanya. Hanya saja, sumbangan atau hadiah tersebut tidak boleh dikaitkan dengan hari raya mereka atau sebagai bentuk dukungan kepada hari raya mereka.
Syeikhul Islam Ibnu Taymiyyah dalam kitab Iqtidha ash-Shirath al-Mustaqim  Mukhalafatu Ash-habul Jahim berkata, "Menjual untuk mereka di hari raya mereka sesuatu yang membantu mereka dalam merayakannya, entah berupa makanan, pakaian, dan semacamnya atau memberikannya sebagai hadiah untuk mereka merupakan bentuk membantu perayaan hari raya mereka yang sifatnya terlarang. Hukumnya sama dengan larangan menjual anggur atau jus kepada orang yang akan menjadikannya sebagai minuman keras.
Oleh alasannya itu, hendaknya kalau Anda menunjukkan sedekah atau hadiah, tidak dikaitkan dengan perayaan hari rayanya


MENCINTAI YANG LIMA DAN MELUPAKAN YANG LIMA BAGIAN 1

pertama dan paling utama marilah kita panjatkan puji dan syukur kehadirat allah swt. yang telah menunjukkan kita kesempatan dan nikmat sehingga kita dapat melaksanakn perintanya dan menjhui larangnnya.

saudariku yang berbahagia.

diera globalisasi perdagangan dunia ketika ini, insan selalu di tuntut berkopetisi dalam menerima kekayaan bahan yang sebanyak-banyak demi mempertahankannhidupnya dan menerima kepuasan  hidup didunia. diantara mereka ada yang kebutuhan keluarganya.bagaimana cara mereka lakukan demi tercapainya keinginan dan cita-citanya. betapa banyak orang -orang yang bekerja siang dan malam dengan tidak mengenal waktu mengakhirkan sholat, bahkan melalaikan dan meninggalkannya. dan tidak sedikit orang yang telah menuai keberhasilan dan kesuksesan yang lupa dan enggan mengeluarkan zakat hartanya.
sungguhnsangat ironis sekali keadaan umat islamsekarang ini yang demikian buruknya.pasalnya, aneka macam kaum muslimin sekarang ini yang tertutup hatinya dan menjual keimanan  dan ketaqwaannya, demi sesuatu yang tidak bernilai dihadapan allah swt. menyerupai halnya, para pemimpin sekarang ini yang menyelewengkan jabatannya dengan mengeruk harta benda  yang bukan haknya, demi anak istrinya. begitu juga para wanita yang rela mempertontonkn aurat mereka dan karir mereka dan ketenaran. dan juga sangant aneka macam orang-orang yang melaksanakan praktik manupulasi demi jabatan dan martabatnya dihadapan manusai. dan itu semua sudah menjadi " kecendrungan yang mengasikkan " bagi manusia, allah swt berfirman dalam al-quran :

artinya:
insan dihiasi dengan kecintaan kepada ap-apa yang diingini yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banayk. ( QS. Ali imran: 14 )




BERIKUT KISAHNYA...
Selain dikenal sebagai ulama sufi, Imam Junaid Al Baghdadi termasuk orang pertama yang menyusun dan membahas ihwal ilmu tasawuf dengan ijtihadnya. Banyak kitab-kitab yang pertanda ihwal ilmu tasawuf berdasarkan kepada ijtihad Imam Junaid Al-Baghdadi.

Pada mulanya Imam Junaid merupakan spesialis perniagaan yang sukses. Ia memiliki sebuah gedung perniagaan di kota Bgahdad yang ramai pelanggannya. Sebagi seorang guru sufi, ia tidak disibukkan dengan mengurus perniagaan itu, menyerupai peniaga lain yang yang kaya raya di Baghdad.

Ia lebih mengutamakan menghabiskan waktunya untuk mengisi pengajian bagi para muridnya. Setiap malam Imam Junaid berada di masjid besar Baghdad untuk memberikan tausiyah. Penduduk Baghdad banyak yang berdatangan ke masjid untuk mendengar tausiyahnya sehingga masjid penuh sesak.

RIDHA KEPADA ALLAH SWT.
Imam Junaid hidup dalam keadaan zuhud. Ia ridha dan bersyukur kepada Yang Mahakuasa SWT dengan segala nikmat yang dikaruniakan kepadanya. Termasuk kala ia menerima cobaan berupa kebutaan di kedua matanya.

Pada suatu hari Imam Junaid Al-Bgahdadi mengalami sakit pada kedua matanya. Setelah sekian lama mencoba pengobatan, bertemulah ia pada seorang tabib yang beragama Nasrani.
"Sakit mata ini mampu sembuh, asal tidak hingga terkena air, jadi jangan dulu membasuh matamu dengan air," pesan tabib itu.

Mendapat penjelasan itu, Imam Junaid mengambil kesimpulan bahwa sang tabib tengah berupaya mencegahnya untuk beribadah kepada Yang Mahakuasa SWT.
"Jika mataku tak terkena air, maka bagaimana saya mampu berwudhu untuk menghadap Rabb-ku," katanya dalam hati.

Akhirnya, Imam Junaid pulang ke rumah, dan beliau eksklusif menuju daerah air dan berwudhu dengan sempurna. Kemudian ia menjalankan shalat sunnah dua rakaat lalu membaringkan tubuhnya di daerah tidur untu beristirahat.


SEMBUH DARI BUTA.
Subhanallah...ketika terbangun, matanya telah sembuh menyerupai sedia kala. Saat itu juga ada bunyi yang membisikkan kepada Imam Junaid.
"Imam Junaid sembuh alasannya ialah memilih ridha Yang Mahakuasa dibandingkan dengan matanya sendiri,"ujar bunyi gaib itu.

Keesokan harinya, tabib Nasrani mendengar kabar kesembuhan kebutaan mata Imam Junaid. Dia pun menanyakan kepada Imam Junaid perihal kesembuhannya. Akan tetapi sang tabib terkejut setengah mati, karena obat sakit mata Imam Junaid bukannya menghindari air menyerupai yang beliau sarankan, tapi justru berwudhu yang artinya membasuh wajah beserta mata dengan air.

Karena takjub dengan hal itu, sang tabib pun menyatakan keimanannya, berpindah dari agama Kristen ke agama Islam.
"Penyakit ini dari Allah, bukan dari makhluk, maka obatnya pun dari-Nya," kata Imam Junaid kepada tabib Kristen itu.
 subhanallah ...





 SETETES KERINGAT AYAH


keluhanku tak sedikitpun kau jadikan beban 
tawaku mungkin kau jadikan seribu tahun kebahagiaan
engkau sangat tangguh ayah
bekerja banting tulang demi kami
anak mu..

engkau rela kerja siang demi rupiah
keringatan di keningmu yang terkena sinar matahari 
sama sekali tak menghentikan pekerjaaanmu
keringat bercucuran membasuhi baju yang melindungimu pun mulai kelam.

ayah semua itu kau kalukan demi kami
kami yang kau anggap akan merubah nasibmu
kau korbankan jiwamu untuk kebahagiaan hidup ini..
mungkin seatur miliar uang pun tak kan dapt ku bayar
atas semua yang kau lakukan untuk ku....

Satu Kata Dalam Tindakan

kita berbicara tidak sesuai dengan apa yang kita lakukan, dengan tujuan menasehati orang namun lupa akan diri, dengan dalih berdakwah namun tak sadar bahwa hakikat dakwah itu mengajak bukan menganjurkan, mungkin kita sama-sama memahami kata mengajak berarti ikut serta di dalamnya. Sangat memilukan bila hal ini terjadi pada diri seorang pencetus dakwah, ustadz, dai. Seharusnya kita yang bergerak dalam kegiatan dakwah memahami betapa pentingnya menjadi tauladan bagi orang lain, itu sebabnya seorang pencetus dakwah dituntut terus berguru sembari mengamalkan. Oleh karena itu tidak mudah seseorang menerima amanah sebagai dai kalau hanya menganjurkan orang lain melaksanakan kebaikan.
Sebagian dari kita terkadang tidak menghiraukan hal ini, alasannya yaitu semangat dakwah yang menggelora di badan para pencetus menjadikan lupa bahwa diri sendiri juga butuh asupan, sehingga semangat yang menggelora tersebut bekerjsama hanya ambisi, berambisi menjadi dai, berambisi menjadi ustadz, berambisi untuk dikenal. Memang patut kita apresiasi semangat dakwah tersebut, akan tetapi yang perlu diluruskan yaitu makna dari dakwah itu sendiri. Tujuan dakwah tidak akan pernah tercapai bila tidak memahami hakikat dakwah.

Apakah para pencetus telah melupakan kata kabura maqtan ‘indallah (sangat besar kebencian di sisi Allah) bahwa kau mengatakan apa yang tidak kau kerjakan? Padahal ini sebuah bahaya dari Allah. Semoga kita yang merasa dipundak kita ada amanah dakwah menyadari konsekuensi menjadi seorang pencetus dakwah. Wallahu a’lam. 

Hijab Antara Kewajiban dan Gaya Hidup


Menjadi seorang wanita ialah anugerah. Tuhan karuniakan ia dengan banyak sekali keutamaan yang tidak dimiliki oleh kaum pria. Terlebih, saat seorang wanita takluk pada syariat, alangkah mulia dirinya. Maka, pintu surga terbuka menyambutnya.
 Kita tidak perlu mengulang pengalaman pahit tahun 80 an saat beberapa muslimah berhijab kehilangan pekerjaan, kesempatan dan dikucilkan dari pergaulan. Karena sekarang, muslimah Indonesia telah menikmati nyamannya berhijab syar’i dari perjuangan para wanita muslim sebelumnya.
Dahulu, masyarakat cukup anti dengan selembar kain yang dihampar menutupi rambut wanita. Kain tersebut cukup jadi barang bukti untuk ditolak dari lingkungan pergaulan. Padahal, selembar kain yang diremehkan tersebut ialah bukti identitas seorang muslimah. Bukan materi kainnya yang jadi soal, tetapi fungsi dan hakikatnya.
Waktu bergulir begitu cepat, memusnahkan semua paradigma kuno termasuk pandangan miring terhadap selembar kain tersebut. Mulanya minoritas, kini berduyun-duyun kita jumpai para wanita menutup kepala dengan aneka kain yang indah. Setiap muslimah benar-benar hingga pada zaman kebebasannya dalam menutup aurat tubuhnya.
Terbukti, berpakaian syar’i bukan halangan berprestasi. Hijab bukan lagi kendala dalam membangun karier. Posisi-posisi penting baik dalam sektor pemerintahan maupun swasta diduduki oleh wanita-wanita berhijab. Maka, tinggal si wanita saja, bersedia atau tidak memenuhi kewajiban berkerudung sebagai seorang muslimah.
Kata ‘jilbab’ tidak perlu lagi dipermasalahkan. Dalam artian, sungkan untuk dibicarakan. Bahkan jilbab muncul dalam kata yang lebih populer, yakni hijab. Terlepas dari pertentangan antara makna jilbab dan hijab di luar sana, masyarakat makin bersahabat dengan dua kata tersebut. Pada intinya, masyarakat telah bisa mendapatkan eksistensi pakaian muslimah dan penggunanya.
Jilbab memang dimaknai sebagai kewajiban. Namun, kini makna pakaian muslimah tersebut mengalami pergeseran. Dari kewajiban menjadi kebutuhan. Dari kebutuhan menjadi hanya sekadar keinginan. Dari impian yang ditangkap tersebut, jadilah peluang bisnis. Setidaknya itulah gambaran transformasi sederhananya.
Ya, saat sudah memasuki industri bisnis, mengalami marketisasi, pakaian muslimah mendadak nge’trend’ di kalangan wanita. Para pebisnis yang melek kondisi pasti arif memanfaatkan momentum ini. Jadilah selembar kain yang merupakan identitas muslimah tersebut dimaknai berbeda. Meski tidak sedikit yang masih menganggapnya sakral, banyak pula yang memaknainya sekadar hiasan atau busana biasa yang sedang booming.
Para pebisnis dan pedagang kain kebanjiran orderan akan hijab tersebut. Para desainer juga tak mau kalah unjuk gigi. Maka bertebaranlah hijab aneka model, brand dan macamnya. Dari harga yang nyaman di kantong pelajar hingga harga yang bikin dompet dan ATM terkuras.
Saat ini, online shop bertemakan hijab baik karya desain sendiri maupun tiruan merambah di banyak sekali media sosial. Hal ini membuat hijab makin menjamur. Penggunaannya pun semakin menular. Kali itu dipakai oleh seorang artis ternama, besoknya penggemar setia artis tersebut mendadak tobat ikut pakai hijab.
Makin unik saat beberapa media TV nasional mengizinkan presenter acaranya tampil dengan hijab. Entah ingin menjadikan kesan bersahabat di mata penonton atau memang sekedar tulus. Bahkan iklan produk nasional hingga mancanegara yang tampil di Indonesia mengambil pemain drama seorang wanita berhijab.
Masyarakat jauh dari kesan fobia hijab ibarat yang masih menjadi momok muslimah di negara lain. Masyarakat tidak lagi terbawa pada gosip segmentasi penggunaannya. Bahwa kerudung hanya pantas digunakan dalam program maupun kawasan berbau keagamaan. Bahkan sekarang kita bisa melihat selembar kain yang menyembunyikan rambut muslimah tersebut diperagakan di panggung catwalkbergengsi.
Entah mana yang lebih dulu, industri hiburan yang mengampanyekan sosok wanita berhijab. Ataukah sosok wanita berhijab yang lebih dululah bersemai di hati masyarakat hingga mereka turut menerimanya.
Jika menilik banyak sekali perubahan mendasar tersebut, rasanya kita harus mengakui adanya pergeseran motif dalam mengenakan hijab. Tentunya kita tidak berhak menggeneralisir hal ini kepada setiap muslimah. Jikalau dahulu hijab hanya dipandang sebatas kewajiban, bahkan memperjuangkannya pun butuh pengorbanan. Kini, berhijab seolah menjadi episode dari gaya hidup.
Artinya, hijab hanya memenuhi porsi sebagai episode pemanis dan pemanis dalam berbusana. Terlebih wanita bebas memilah-milih model hijab yang belum tentu sesuai syariat dan kebutuhan. Seorang muslimah sejatinya harus memperhatikan letak syar’i pakaian sebelum hal apapun.
Seorang muslimah tidak perlu terlarut dalam gempita gaya hidup berbusana ibarat ini. Cukuplah meniatkan berhijab alasannya ialah Tuhan dengan memperhatikan bahwa berhijab bukan hanya sekadar menutupi aurat. Lebih dari itu, berhijab ialah bentuk Tuhan memuliakan dan melindungi kaum wanita.
Muslimah yang berhijab sesuai syariat ialah perwujudan sikap taatnya kepada Sang Khalik. Dengan berhijab, ia telah menegaskan nilai istimewa dirinya sebagai seorang wanita. Ketika hijab menjadi barang jual yang populer di masa kini, muslimah hendaknya tetap menganggap hijab sebagai kewajiban dengan menyelaraskan adat sesuai busana syariatnya.
“Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, belum dewasa perempuanmu dan istri-istri orang Mukmin, ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh badan mereka !’ Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenal, alasannya ialah itu mereka tidak di ganggu. dan Tuhan ialah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. 
(al-Ahzâb/33: 59).


ketahuilah wahai ibu...kau yang selalu..

KAU


wanita yang bijaksana ialah kau
wanita yang bagaikan sebuah lilin yang selalu menyinari
disaat saya mencicipi gelapnya kehidupan

bagaimana mampu saya tertawa
sedangkan engkau bersedih
dalam kesusahan dan kepedihan

dengan engkau saya dapat merasakan
kehanagatan yang luar biasa
dengan engkau saya dapat mencicipi kebahagiaan tak terhingga
dan dengan engkau  ku kan berbakti wahai engkau ibuu......

 Berhias Sesuai Syariat



Tidak ada yang salah dengan acara mereka yang bekerja, belajar, belanja atau yang di rumah saja. Yang salah yaitu gaya hidup yang mereka adopsi sehingga tak jarang kita lihat banyak kaum hawa yang tanpa rasa aib mengumbar auratnya, bersolek atau berhias mirip orang Jahiliyah, belum lagi sekarang yang lagi ngetrend sulam kuku, alis dan sebagainya.
Padahal sudah terang sekali Tuhan SWT menawarkan rambu-rambunya untuk kaum hawa, yang berbunyi, “…Hendaklah mereka menutup jilbabnya ke seluruh badan mereka. Yang demikian itu semoga mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu…” (QS 33: 59), kemudian dalam surat yang lain Tuhan SWT berfirman, “Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, semoga mereka menjaga pandangannya dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya)…” (QS 24: 31). Begitupula diriwayatkan dari Ibnu Umar, bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Barangsiapa meniru/ mirip cara hidup suatu kaum, maka bekerjsama ia termasuk golongan mereka”, naudzubillah.
Berhias atau tabarruj itu mempertontonkan/menampakkan keindahan/kecantikan badan maupun pakaian, mampu juga diartikan wanita yang menunjukkan pemanis dan kecantikannya untuk menarik perhatian kaum lelaki (yang dapat merangsang harapan syahwat mereka). Tabarruj itu menunjukkan wanita yang memakai perhiasan/ bersolek secara berlebihan kemudian ditunjukkan di luar rumah, padahal solekan yang dianjurkan hanya untuk para suami saja.
Rasulullah Saw bersabda, “Ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum saya lihat, pertama suatu kaum yang memiliki cambuk mirip ekor sapi untuk memukul insan dan yang kedua para wanita yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok, kepala mereka mirip punuk unta yang miring. Wanita mirip itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya walaupun baunya tercium selama perjalanan sekian dan sekian”.
Agar tidak salah melangkah ada beberapa tips yang perlu diperhatikan, pertama jadikan rasa syukur dan tabah atas segala yang kita dapatkan dari Tuhan SWT entah itu warna kulit, bentuk bibir, bentuk rambut, dan sebagainya yang menjadi bingkai kecantikan atau kegantengan seseorang, kedua tanamkan rasa cukup atau qona’ah dalam diri kita bahwa Tuhan itu sudah sangat sayang kepada kita dan yakinlah bahwa yang Tuhan ciptakan pada diri kita sudah yang terbaik jadi tak perlu diubah-ubah, ketiga  Tidak

Tidak ada yang salah dengan acara mereka yang bekerja, belajar, belanja atau yang di rumah saja. Yang salah yaitu gaya hidup yang mereka adopsi sehingga tak jarang kita lihat banyak kaum hawa yang tanpa rasa aib mengumbar auratnya, bersolek atau berhias mirip orang Jahiliyah, belum lagi sekarang yang lagi ngetrend sulam kuku, alis dan sebagainya.
Padahal sudah terang sekali Tuhan SWT menawarkan rambu-rambunya untuk kaum hawa, yang berbunyi, “…Hendaklah mereka menutup jilbabnya ke seluruh badan mereka. Yang demikian itu semoga mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu…” (QS 33: 59), kemudian dalam surat yang lain Tuhan SWT berfirman, “Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, semoga mereka menjaga pandangannya dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya)…” (QS 24: 31). Begitupula diriwayatkan dari Ibnu Umar, bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Barangsiapa meniru/ mirip cara hidup suatu kaum, maka bekerjsama ia termasuk golongan mereka”, naudzubillah.
Berhias atau tabarruj itu mempertontonkan/menampakkan keindahan/kecantikan badan maupun pakaian, mampu juga diartikan wanita yang menunjukkan pemanis dan kecantikannya untuk menarik perhatian kaum lelaki (yang dapat merangsang harapan syahwat mereka). Tabarruj itu menunjukkan wanita yang memakai perhiasan/ bersolek secara berlebihan kemudian ditunjukkan di luar rumah, padahal solekan yang dianjurkan hanya untuk para suami saja.
Rasulullah Saw bersabda, “Ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum saya lihat, pertama suatu kaum yang memiliki cambuk mirip ekor sapi untuk memukul insan dan yang kedua para wanita yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok, kepala mereka mirip punuk unta yang miring. Wanita mirip itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya walaupun baunya tercium selama perjalanan sekian dan sekian”.
Agar tidak salah melangkah ada beberapa tips yang perlu diperhatikan, pertama jadikan rasa syukur dan tabah atas segala yang kita dapatkan dari Tuhan SWT entah itu warna kulit, bentuk bibir, bentuk rambut, dan sebagainya yang menjadi bingkai kecantikan atau kegantengan seseorang, kedua tanamkan rasa cukup atau qona’ah dalam diri kita bahwa Tuhan itu sudah sangat sayang kepada kita dan yakinlah bahwa yang Tuhan ciptakan pada diri kita sudah yang terbaik jadi tak perlu diubah-ubah, ketiga ikhlas dan ridha atas pemberiannya walaupun kita merasa tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, jikalau kita nrimo dan ridha insya Tuhan hati ini jadi tenang, dan satu lagi tanamkan rasa percaya diri. Ingat perkataan Rasul Saw bahwa bekerjsama dunia itu yaitu pemanis dan sebaik-baik pemanis dunia yaitu wanita shalihah. So, sekarang yang dipikirkan bukan duduk perkara fisik aja tapi yang paling penting yaitu kecantikan adat alias inner beauty.
Bukan rambut yang panjang nan mengagumkan yang menjadi kebanggaanmu, tapi kerudungmulah yang menyelamatkanmu dari siksaNya.
Bukan taburan bedak yang mempercantik wajahmu, tapi air wudhulah yang menjadi cahaya bagi wajahmu.
Bukan pemerah bibir yang membuatmu mempesona, tapi kata-kata santun dan bijaklah yang senantiasa dinantikan laki-laki shalih di sana.
Bukan lekukan badan yang menjadi pesonamu, tapi akhlakmu yang shalihah bagaikan sang surya yang menerangi kegelapan.
Allah SWT kembali berfirman dalam surat An Nur ayat 26, “Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk perempuan-perempuan yang keji (pula), sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik (pula). Mereka itu bersih dari apa yang dituduhkan orang. Mereka memperoleh ampunan dan rezeki yang mulia (surga)”.
Jadilah bunga mawar yang mengagumkan berpagarkan duri.
Jangan biarkan dirimu menjadi bunga yang hanya mengagumkan tetapi sayang tidak berduri.

Jadikan hijab adalah cahaya, al haya’ yaitu perhiasannya serta kerudung yaitu kecantikan


Tanda-Tanda Kiamat Besar


Sedangkan tanda-tanda simpulan zaman besar yaitu kejadian sangat besar dimana simpulan zaman sudah sangat erat dan mayoritasnya belum muncul, menyerupai munculnya Imam Mahdi, Nabi Isa, Dajjal, Ya’juj dan Ma’juj.
Ayat-ayat dan hadits yang menyebutkan tanda-tanda simpulan zaman besar di antaranya:
Hingga apabila beliau telah hingga di antara dua buah gunung, beliau mendapati di hadapan kedua bukit itu suatu kaum yang hampir tidak mengerti pembicaraan. Mereka berkata, “Hai Dzulqarnain, bahwasanya Ya’juj dan Ma’juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami menunjukkan sesuatu pembayaran kepadamu, supaya kau membuat dinding antara kami dan mereka?” Dzulqarnain berkata, “Apa yang telah dikuasakan oleh Tuhanku kepadaku terhadapnya yaitu lebih baik, maka tolonglah saya dengan kekuatan (manusia dan alat-alat), semoga saya berbagi dinding antara kau dan mereka.” (Al-Kahfi: 82)
“Dan apabila perkataan telah jatuh atas mereka, Kami keluarkan sejenis binatang melata dari bumi yang akan mengatakan kepada mereka, bahwa bahwasanya insan dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Kami.” (An-Naml: 82)
Dari Hudzaifah bin Usaid Al-Ghifari ra, berkata: Rasulullah saw. muncul di tengah-tengah kami pada ketika kami saling mengingat-ingat. Rasulullah saw. bertanya, “Apa yang sedang kau ingat-ingat?” Sahabat menjawab, “Kami mengingat hari kiamat.” Rasulullah saw. bersabda,”Kiamat tidak akan terjadi sebelum engkau melihat 10 tandanya.” Kemudian Rasulullah saw. menyebutkan: Dukhan (kabut asap), Dajjaal, binatang (pandai bicara), matahari terbit dari barat, turunnya Isa as. Ya’juj Ma’juj dan tiga gerhana, gerhana di timur, barat dan Jazirah Arab dan terakhir api yang keluar dari Yaman mengantar insan ke Mahsyar. (HR Muslim)
Dari Abdullah bin Mas’ud ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda, ”Hari tidak akan berakhir, dan tahun belum akan pergi sehingga bangsa Arab dipimpin oleh seorang dari keluargaku, namanya sama dengan namaku.” (HR Ahmad)
Perbedaan antara tanda-tanda simpulan zaman kecil dan simpulan zaman besar yaitu :
Tanda-tanda simpulan zaman kecil secara umum datang lebih dahulu dari tanda-tanda simpulan zaman besar.
Tanda-tanda simpulan zaman kecil sebagiannya sudah terjadi, sebagiannya sedang terjadi dan sebagiannya akan terjadi. Sedangkan tanda-tanda simpulan zaman besar belum terjadi.
Tanda simpulan zaman kecil bersifat biasa dan tanda simpulan zaman besar bersifat luar biasa.
Tanda simpulan zaman kecil berupa peringatan semoga insan sadar dan bertaubat. Sedangkan simpulan zaman besar bila sudah datang, maka tertutup pintu taubat.
Tanda-tanda simpulan zaman besar bila muncul satu tanda, maka akan diikuti tanda-tanda yang lainnya. Dan yang pertama muncul yaitu terbitnya matahari dari Barat.
Wallahu a’lam




Azab kubur karena kesalahan buang air kecil
Orang yang sedang kencing dapat menyaksikan dan disaksikan oleh orang lain. Dengan tanpa aib bangkit di depan urinoir dan setelah simpulan eksklusif mengangkat pakaian dan merapikannya tanpa membasuh alat vital. Maka orang tersebut dalam 

keadaan najis kalau berlaku demikian.
Hal ini persis apa yang dilakukan oleh orang-orang non-islam. Mereka melaksanakan dua perkara yang diharamkan, yakni diantaranya ialah tidak menjaga aurat dari pandangan orang lain dan yang kedua ialah tidak membersihkan najis yang tersisa dari kencingnya. Padahal Islam datang dengan membawa peraturan yang semuanya merupakan maslahat bagi penganutnya. Salah satunya ialah aturan untuk menghilangkan najis. Dalam Islam, umatnya disyariatkan untuk melaksanakan Istinja’ (membersihkan diri dengan air) dan Istijmar (membersihkan kotoran dengan batu). Islam juga menunjukan bagaimana cara melaksanakan hal tersebut sampai dapat mencapai kebersihan yang maksimal.
Sementara itu dikala ini banyak orang yang menganggap enteng persoalan membersihkan najis ini. Akibat yang timbul ialah tubuh dan bajunya masih kotor. Maka dari itu mampu jadi sholatnya tidak sah. Padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda bahwa perbuatan tidak membersihkan najis setelah buang air kecil ini salah satu dari penyebab tertimpanya seseorang dengan azab kubur.
Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhu berkata: “Suatu kali Rasululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam melewati salah satu kebun di Madinah. Tiba-tiba dia mendengar bunyi dua orang yang sedang di siksa di alam kuburnya. Lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya: “Keduanya diazab, tetapi tidak karena persoalan besar (dalam anggapan keduanya) lalu bersabda – benar (dlm riwayat lain: Sesungguhnya ia persoalan besar) salah satunya tidak meletakkan sesuatu untuk melindungi diri dari percikan kencingnya dan yang satu lagi suka mengadu domba”. HR: Bukhari, dalam Fathul Baari: 1/317
Selain itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, yang artinya:
“Kebanyakan azab kubur disebabkan oleh buang air kecil”. HR: Ahmad dalam Shahihul Jami’ No. 1213
Kesalahan buang air kecil itu antara lain ialah tidak cebok setelah buang air kecil, menyudahi hajat dengan tergesa-gesa padahal kencingnya belum habis, kencing dengan posisi atau daerah tertentu yang menyebabkan percikan air kencing kembali mengenainya dan tidak teliti atau dengan sengaja meninggalkan istinja’ dan istijmar.
Semoga kita terhindar dari sikap yang demikian, amin..


MKRdezign

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget