Hikmah sakit menurut ISLAM
Apa pengertian sakit menurut islam? Dalam hadist Thabrani dinyatakan bahwa “Seorang mukmin yang sakit, ia tidak mendapatkan pahala dari sakitnya, namun diampuni dosa-dosanya”. Ini berarti bahwa sakit pada insan merupakan salah satu wujud kasih sayang Allah. Lalu, Apa yang harus kita lakukan dikala sakit? Kita harus mengeluhkan sakit kepada Yang Mahakuasa dan tulus menerimanya. Di samping itu jangan lupa berobat kapada ahlinya.
Nabi menjelaskan bahwa ada dua macam penyakit sesuai dengan keadaan insan yang terdiri dari badan jasad dan badan rohani. Untuk obat rohaniah yaitu membaca AL Qur’an dan untuk sakit fisik yaitu materi, diantaranya yaitu madu.Dalam salah satu hadis riwayat Wailah bin Al Asqa’ disebutkan bahwa dikala seorang teman mengeluh sakit kerongkongan kepada Rasulullah, maka dia bersabda : “Bacalah Al-Qur’an dan minumlah madu, karena membaca Al-Qur’an merupakan obat untuk penyakit yang berada di dalam dada dan madu yaitu obat untuk tiap penyakit”.
Sebagian besar insan pasti sudah mencicipi sakit. Penerimaan dikala sakit tentunya berbeda antara satu orang dengan yang lain. Ada orang yang sakit flu atau batuk saja merasa mendapatkan petaka yang besar. Ada pula orang mengidap kanker atau tumor ganas, tetapi merasa lapang, mendapatkan sakitnya dengan tabah karena dia yakin bahwa semua penyakit datang dari Yang Mahakuasa dan pasti ada obatnya.
“Obatilah orang-orang sakit di antaramu dengan sedekah” (HR. Baihaqi. Hadits mi dihasankan oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’).
Setiap orang pasti pernah mengalami sakit, apakah itu sakit ringan ataupun sakit berat. Namun, baik ringan maupun berat, setiap orang berbeda dalam menyikapinya. Bagi sebagian orang, sakit ringan mampu dirasakan begitu menyiksa sehingga terlihat lebih berat dari semestinya. Akan tetapi, bagi sebagian lagi, sakit berat mampu dirasakan ringan jikalau hati menerimanya dengan ikhlas. Saat Yang Mahakuasa menakdirkan kita untuk sakit, pasti ada alasan tertentu yang menjadi penyebab itu semua. Tidak mungkin Yang Mahakuasa subhanahu wa ta’ala melaksanakan sesuatu tanpa karena yang mendahuluinya atau tanpa nasihat di balik semua itu. Yang Mahakuasa pasti menyimpan nasihat di balik setiap sakit yang kita alami. Karenanya, tidak layak bagi kita untuk banyak mengeluh, menggerutu, apalagi su’udzhan kepada Yang Mahakuasa subhanahu wa ta’ala. Lebih parah lagi, kita hingga mengutuk taqdir. Na’udzu billah…
Secara umum, kondisi sakit mempunyai dua sisi rasa. Namun, yang kerap kita rasakan hanya salah satu sisinya, yakni penderitaan. Sisi lain berapa hikmah dan kenikmatan di balik sakit sering kali kita lupakan. Padahal, jikalau kita mau merenungkannya, banyak hikmah yang dapat dipetik dari sakit yang diderita.
Beberapa hikmah itu yaitu sebagai berikut,
Pertama, secara medis sakit merupakan suatu peringatan (warning) mengenai tingkat kekuatan badan kita. Jika badan kita mengalami satu kondisi, kemudian berakibat sakit, hal itu merupakan peringatan biar kita menghindari kondisi yang sama yang dapat menimbulkan sakit tersebut. Sakit juga memberi kesempatan kepada kita untuk beristirahat dan berkonsultasi dengan dokter sehingga penyakit yang ada tidak menjadi lebih parah dan sulit diobati. Tak jarang, sakit yang dialami mencegah seseorang biar tidak terkena penyakit yang lebih berat lagi.
Kedua, sakit dapat menjadi penggugur dosa. Penyakit yang diderita seorang hamba menjadi karena diampuninya dosa yang telah dilakukan, termasuk dosa-dosa setiap anggota tubuh. Rasulullah SAW. bersabda,
“Tidaklah seorang Muslim tertimpa suatu penyakit dan sejenisnya, melainkan Allah akan menggugurkan bersama dosa-dosanya, menyerupai pohon yang menggugurkan daun-daunnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari Abu Hurayrah radhiyallahu ’anhu diriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda : ”Cobaan itu akan selau menimpa seorang mukmin dan mukminah, baik pada dirinya, pada diri anaknya ataupun pada hartanya, sehingga ia bertemu dengan Yang Mahakuasa tanpa dosa sedikit pun.” (HR. Tirmidzi)
Dari Abu Hurayrah radhiyallahu ’anhu diriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda : ”Cobaan itu akan selau menimpa seorang mukmin dan mukminah, baik pada dirinya, pada diri anaknya ataupun pada hartanya, sehingga ia bertemu dengan Yang Mahakuasa tanpa dosa sedikit pun.” (HR. Tirmidzi)
Ketiga, orang yang sakit akan mendapatkan pahala dan ditulis untuknya bermacam-macam kebaikan dan ditinggikan derajatnya. Rasulullah SAW bersabda,
“Tiadalah tertusuk duri atau benda yang lebih kecil dari itu pada seorang Muslim, kecuali akan ditetapkan untuknya satu derajat dan dihapuskan untuknya satu kesalahan.” (HR. Muslim) Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu pernah berkata, “Tidak ada penyakit yang menimpaku yang lebih saya sukai daripada demam. Karena demam merasuki seluruh organ tubuhku. Sementara Yang Mahakuasa akan menunjukkan pahala pada setiap organ badan yang terkena demam.”
Seorang wanita datang menemui Nabi shallallahu ’alayhi wasallam, ia berkata : ”Saya mengidap penyakit epilepsi dan apabila penyakitku kambuh, pakaianku tersingkap. Berdoalah kepada Yang Mahakuasa untuk diriku”. Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda : ”Kalau engkau bersabar, engkau mendapatkan jannah. Tapi kalau engkau mau, saya akan mendoakan biar engkau sembuh”. Wanita itu berkata : ”Aku bersabar saja”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Seorang wanita datang menemui Nabi shallallahu ’alayhi wasallam, ia berkata : ”Saya mengidap penyakit epilepsi dan apabila penyakitku kambuh, pakaianku tersingkap. Berdoalah kepada Yang Mahakuasa untuk diriku”. Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda : ”Kalau engkau bersabar, engkau mendapatkan jannah. Tapi kalau engkau mau, saya akan mendoakan biar engkau sembuh”. Wanita itu berkata : ”Aku bersabar saja”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Keempat, sakit dapat menjadi jalan biar kita selalu ingat pada Allah. Dalam kondisi sakit biasanya orang merasa benar-benar lemah, tidak berdaya, sehingga ia akan bersungguh-sungguh memohon bantuan kepada Allah SWT. Zat yang mungkin telah ia lalaikan selama ini. Kepasrahan ini pula yang menuntunnya untuk bertobat.
Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam pernah bersabda : ”Sesungguhnya besarnya pahala (balasan) sangat ditentukan oleh besarnya cobaan. Dan jikalau sekiranya Yang Mahakuasa mencintai suatu kaum, maka Dia akan menguji dan menunjukkan cobaan kepada mereka”. (HR. Tirmidzi dan Baihaqi).
Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam pernah bersabda : ”Sesungguhnya besarnya pahala (balasan) sangat ditentukan oleh besarnya cobaan. Dan jikalau sekiranya Yang Mahakuasa mencintai suatu kaum, maka Dia akan menguji dan menunjukkan cobaan kepada mereka”. (HR. Tirmidzi dan Baihaqi).
Kelima, sakit mampu menjadi jalan kita untuk membersihkan penyakit batin. Pendapat Ibnu Qayyim, “Kalau insan itu tidak pernah mendapat cobaan dengan sakit dan pedih, ia akan menjadi manusia ujub dan takabur. Hatinya menjadi bergairah dan jiwanya beku. Oleh karena itu, musibah dalam bentuk apa pun adalah rahmat Allah yang disiramkan kepadanya, akan membersihkan karatan jiwanya dan menyucikan ibadahnya. Itulah obat dan penawar kehidupan yang diberikan Allah untuk setiap orang beriman. Ketika ia menjadi bersih dan suci karena penyakitnya, martabatnya diangkat dan jiwanya dimuliakan, pahalanya pun berlimpah-limpah apabila penyakit yang menimpa dirinya diterimanya dengan sabar dan ridha.“
Keenam, sakit mendorong kita untuk menjalani hidup lebih sehat, baik sehat secara jasmani maupun rohani. Sakit membuat orang tahu manfaat sehat. Tidak jarang orang merasakan nikmat justru dikala sakit. Begitu banyaknikmat Allah yang selama ini lalai ia syukuri. Bagi orang yang banyak bersyukur dalam sakit, ia akan memperoleh nikmat.
Ketujuh, secara sosial sakit mengajarkan kepada kita bagaimana mencicipi penderitaan orang lain, menyerupai halnya puasa yang mendidik kita biar mengetahui bagaimana pedihnya rasa lapar dan dahaga yang dialami kaum papa. Rasa sakit harusnya melahirkan kepekaan sosial yang lebih tinggi.
Kapan rasa sakit mampu berubah menjadi nikmat dan karunia? Ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh seorang Muslim agar sakit yang diderita menjadi karunia dan memiliki hikmah yang sangat tinggi.
wallahua'lam..
Posting Komentar