Tragedi Buah Apel
Tragedi buah apel telah mengubah seorang Tsabit menjadi orang yang penuh dengan kebahagiaan
Tsabit… suatu ketika berjalan-jalan di sebuah kebun yang indah, tiba-tiba ia melihat buah apel lantas ia ambil lalu dimakannya. Setelah itu ia tersadar belum minta izin pada pemiliknya. Dengan perasaan gelisah akibatnya ia menemui pemilik kebun itu. Singkat cerita, pemilik kebun tersebut mengikhlaskan apel tersebut dengan syarat Tsabit harus menikahi putrinya yang buta, bisu, tuli dan lumpuh. Ia sangat terguncang dengan pilihan pemilik kebun itu. Setelah ditimbang-timbang antara azab dunia dan akhirat, akibatnya ia pun oke dengan persyaratan itu.
Setelah kesepakatan nikah… Allahu Akbar, ia nyaris tak percaya, ternyata istrinya yakni seorang wanita yang sangat cantik, berakal dan penuh ketaqwaan. Dia buta dari melihat hal-hal yang haram, bisu dan tuli dari berbicara dan mendengarkan hal-hal yang dimurkai Yang Mahakuasa ‘Azza wa Jalla serta tak pernah melangkahkan kakinya pada jalan yang haram.
Tragedi buah apel telah mengubah seorang Tsabit menjadi orang yang penuh dengan kebahagiaan. Dari pernikahannya lahirlah Nu’man bin Tsabit atau yang dekat disebut Al-Imam Abu Hanifah. Dialah imam besar yang telah mengukir dunia dengan ilmu dan amal shalih.
Buah Kebaikan
Hidup kadang unik dan sulit ditebak bagaimana akhirnya. Tetapi satu hal yang harus dipahami, ketika kita berbuat kebaikan, Yang Mahakuasa pasti akan membalasnya. Itu pasti ketika kebaikan itu benar-benar dari lubuk hati yang dilandasi tulus hanya mengharap keridhaan-Nya semata. Bisa jadi jawaban itu dari orang lain yang sama sekali tak terduga. Mungkin di dunia atau bisa pula di akhirat. Yang Mahakuasa berfirman:
هَلْ جَزَاءُ الْإِحْسَانِ إِلَّا الْإِحْسَانُ
“Tidak ada jawaban kebaikan, kecuali kebaikan (pula)” (QS. Ar-Rahman: 60).
Dalam Q. S. Al-Muzzamil ayat ke- 20 Yang Mahakuasa berfirman:
وَمَا تُقَدِّمُوا لِأَنْفُسِكُمْ مِنْ خَيْرٍ تَجِدُوهُ عِنْدَ اللَّهِ هُوَ خَيْرًا وَأَعْظَمَ أَجْرًا
“Dan kebaikan itu apa saja yang kalian perbuat untuk diri kalian, niscaya kalian memperoleh (balasan) nya di sisi Yang Mahakuasa sebagai jawaban yang paling baik“.
Begitu juga dengan keburukan yang kita tanam akan menghasilkan jawaban atau azab di sisi Yang Mahakuasa ‘Azza wa Jalla. Tinggal insan bagaimana memposisikan dirinya apakah berbuat kebajikan atau kejelekan.
Energi Terdahsyat Bernama Iman
Iman yang tertanam besar lengan berkuasa dalam hati yakni energi terdahsyat seorang mukmin untuk hidup bahagia di dunia dan di akhirat. Dengan motivasi kepercayaan yang benar tanpa keraguan terhadap perintah-Nya dan perintah Rasul-Nya, niscaya seorang mukmin akan selamat dan bisa hidup selaras dengan Islam. Segala perkataan dan perbuatan ketika disematkan ruh kepercayaan maka hasilnya akan luar biasa dan berpahala. Itulah kedahsyatan kepercayaan yang bisa membuat segala acara bernilai ibadah. Karena definisi kepercayaan menurut Ahlus Sunnah Wal Jama’ah adalah suatu perkataan dan perbuatan, perkataan dengan lisan, keyakinan dalam hati dan amal anggota tubuh, bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan.
Imanlah yang bisa memasukkan seorang hamba ke dalam surga-Nya, sedangkan tauhid yakni intisari dari Islam. Ketika tauhidnya kokoh ia akan selalu menghindari perbuatan dosa dan maksiat. Dan banyak sekali penyimpangan akan dialami insan manakala ia kehilangan iman. Seseorang menganggap biasa saja bergaul bebas dengan alasan ia sobat baik padahal bisa jadi hal-hal yang menurut logika dan perasaan kita baik-baik saja dapat berkibat fatal. Sebuah informasi mengenaskan dilansir harian ibukota. “…Tiba-tiba lelaki yang terkenal baik bermetamorfosis buas, ia pun tak berdaya untuk melawan dan akibatnya kesuciannya terenggut……!”. Na’udzubillahi min dzaalik, sungguh hati wanita malang itu hancur lebur nyaris tanpa bentuk. Ketika ia merasa aman dan nyaman dengan kebaikan orang lain tanpa memperhatikan rambu-rambu syari’ah.
Empedu Dunia Madunya Akhirat
Ketika Nabi Adam dan Hawa digoda iblis laknatullah ‘alaih, untuk mendekati pohon larangan lalu keduanya pun terjerumus pada larangan Yang Mahakuasa ‘Azza wa Jalla. Akibatnya aurat keduanya terbuka. Namun dengan bertaubat, akibatnya Yang Mahakuasa Ta’ala mengampuni keduanya.
Untuk dapat mencicipi manisnya madu darul abadi insan kadang harus menelan pahitnya empedu dunia. Selaras dengan hadits yang mengatakan bahwa darul abadi itu lebih baik meski harus ditebus dengan melawan hawa nafsu yang cenderung pada kejelekan.
حُفَّتِ الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ وَحُفَّتِ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ
“Surga itu dikelilingi oleh perbuatan yang dibenci, sementara neraka itu dikelilingi oleh perbuatan yang disukai hawa nafsu” (H.R. Muslim ).
Dalam menapaki jalan hidup, insan yang memiliki mata hati yang tajam akan bisa membedakan antara bisikan nafsu yang mayoritas pada kesenangan sesaat dengan petunjuk Allah Ta’ala yang membawa kebaikan dan kebahagiaan hakiki. Dan mukmin yang bijak yakni ketika terbersit bisikan nafsu yang membawa kepada kesesatan, maka ia segera meninggalkannya.
Disinilah, ketika kepercayaan telah memenuhi hati dan menjadi raja niscaya ia akan punya remote kontrol untuk segera meninggalkan bisikan tersebut.
Disinilah, ketika kepercayaan telah memenuhi hati dan menjadi raja niscaya ia akan punya remote kontrol untuk segera meninggalkan bisikan tersebut.
Dibalik semua larangan-larangan-Nya, terdapat samudra pesan yang tersirat yang kadang tak disadari manusia. Sebaik-baik insan yakni orang yang selalu takut berbuat dosa alasannya yakni dosa menyerupai gunung besar di belakang punggungnya, yang siap menghancurkan tubuhnya. Ketika ia telah berbuat maksiat maka segera ia menyesal dan berupaya untuk tidak mengulanginya seraya bertaubat dengan sungguh-sungguh.
Zaman terus berputar, namun sesuatu yang telah dilarang dan ditetapkan Yang Mahakuasa tak pernah usang, alasannya yakni ia menyerupai mata air kehidupan, selalu diperlukan insan dimanapun dan hingga kapanpun. Dalam rengkuhan Islam semua yang dilakukannya takkan pernah sia-sia.
Subhanallah....
Posting Komentar